Selain itu, proses pembakaran terjadi karena biayanya rendah dan efek samping yang diinginkan dalam mengurangi keasaman tanah serta membakar hama.
Namun, kebakaran tersebut semakin menyebar di luar kendali setelah perusahaan akasia dan perkebunan kelapa sawit mulai mengeringkan lahan gambut.
Pohon kelapa sawit dan akasia tumbuh dengan buruk di tanah yang tergenang air, sehingga perusahaan menggali jaringan kanal yang luas untuk mengalirkannya.
Baca Juga: KPK Tetapkan Edhy Prabowo Sebagai Tersangka Kasus Korupsi, Simak 3 Faktanya Ini
Serta membuat lanskap kaya akan karbon dan menjadi sangat mudah terbakar.
Penanam kelapa sawit bernama Muakit mengaku menghabiskan waktunya untuk mengerjakan lebih dari selusin hektar lahan di sana sendirian.
Namun, hanya beberapa bulan setelah kabut asap yang dibawa oleh api berakhir, pria berusia 63 tahun itu menjadi sasaran perburuan karena melanggar aturan tentang pembakaran.
Baca Juga: Berikan Sambutan di Munas X MUI, Presiden: Dakwah Keislaman Kita Merangkul Bukan Memukul
Muakit, mengatakan dirinya pergi bekerja seperti biasa di ladang tidak lama setelah fajar pada awal 2016 dan menyalakan api kecil untuk membakar sampah.
Dia kemudian pulang ke rumah, hanya untuk mengetahui di kemudian hari api telah menyebar sekitar setengah hektar.