Mengerikan, Pembantaian di Nigeria Tewaskan 110 Warga Sipil

30 November 2020, 23:21 WIB
Ilustrasi penembakan.* /pexels/Skitterphoto

PR MAJALENGKA – Baru-baru ini terjadi pembantaian mengerikan terhadap petani terjadi di timur laut Nigeria.

Dikutip Majalengka.Pikiran-rakyat.com dari Aljazeera, pembunuhan itu terjadi pada Sabtu 28 November 2020 di desa Koshobe, dan pedesaan lainnya di daerah Jere dekat Maiduguri, ibu kota bagian Borno yang dilanda konflik.

Dalam peristiwa tersebut, setidaknya ada 110 warga sipil yang meninggal dunia.

Baca Juga: WHO Sebut Kematian Akibat Malaria di Afrika Melebihi Jumlah Kasus Covid-19

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan, terjadi peningkatan jumlah korban meninggal dunia.

Awalnya, korban meninggal dunia berjumlah 43, namun meningkat menjadi 70 orang tewas.

“Pria bersenjata dengan sepeda motor memimpin serangan brutal terhadap pria dan wanita sipil yang sedang memanen ladang mereka,” terang Edward Kallon, koordinator kemanusiaan PBB di Nigeria dalam pernyataan pada Minggu 29 November 2020.

Baca Juga: Pembantaian Mengerikan di Nigeria, Sedikitnya 110 Warga Sipil Tewas Ditembak Ketika Sedang Panen

“Sedikitnya 110 warga sipil terbunuh secara kejam dan banyak lainnya terluka dalam serangan ini,” lanjutnya.

Selain itu, tercatat ada beberapa wanita diyakini telah diculik.

“Insiden itu adalah serangan langsung paling kejam terhadap warga sipil tak berdosa tahun ini,” ujar Edward Kallon.

Baca Juga: Terjadi Lonjakan Kasus Positif Covid-19, Korea Selatan Berencana Menambah Pembelian Vaksin

“Saya menyerukan agar pelaku tindakan keji dan tidak masuk akal ini dibawa ke pengadilan, ” kata Edward Kallon.

Sampai saat ini belum ada yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.

Tetapi, kelompok bersenjata Boko Haram dan Islamic State in West Africa Province (ISWAP), telah melakukan serangkaian serangan mematikan di daerah itu dalam beberapa tahun terakhir.

Baca Juga: KBRI Seoul Pecahkan Rekor Muri, Raih Transaksi Lebih dari Rp1 Milyar Pada Gelaran Promosi Batik

Kedua kelompok tersebut aktif di wilayah itu, dan telah menewaskan lebih dari 30 ribu orang dalam dekade terakhir selama kampanye bersenjata.

Hal ini telah membuat sekitar dua juta orang mengungsi dan telah menyebar ke negara-negara tetangga termasuk Niger, Chad dan Kamerun.

Presiden Nigeria Muhammadu Buhari, berjanji untuk memperbaiki krisis keamanan dan mengecam pembantaian terbaru tersebut.

Baca Juga: Hadapi Gelombang ke-3 Covid-19, Korea Selatan Justru Putuskan untuk Tak Berlakukan Lockdown

“Saya mengutuk pembunuhan para petani pekerja keras kami oleh teroris di negara bagian Borno. Seluruh negeri terluka oleh pembunuhan yang tidak masuk akal ini,” terang sang presiden.

Tetapi, analis keamanan Sulaiman Aledeh mengatakan, banyak orang di negara itu semakin frustasi dengan ketidakmampuan pihak berwenang untuk mengatasi konflik tersebut.

“Jika kita melihat yang terjadi pada Niger, Presiden Mahamadou Issoufou harus memecat kepala keamanannya saat 89 tentara tewas,” ucap Aledeh.

Baca Juga: Bayi yang Lahir dari Ibu Pengidap Covid-19 Memiliki Antibodi Terhadap Virus Tersebut

“Masalahnya berkaitan dengan pemerintah saat ini yang tampaknya menghargai loyalitas daripada profesionalisme,” sambungnya.

Dia menganggap Nigeria berpikir, seharusnya mencoba beberapa pihak untuk menuntaskan kekacauan ini.

Gubernur Borno, Babaganan Umara Zulum memamparkan, kepada wartawan pada Minggu 29 November, bahwa sedikitnya 70 petani tewas.

Baca Juga: Inggris Telah Memesan Vaksin Covid-19 Sebanyak 2 Juta Dosis dari Moderna

Dia berbicara di desa Zabarmari setelah menghadiri pemakaman 43 orang yang mayatnya ditemukan pada Sabtu 28 November 2020.

Zulum mendesak pemerintah federal untuk merekrut lebih banyak tentara, anggota Satuan Tugas Gabungan Sipil,  dan pejuang pertahanan sipil untuk melindungi petani di wilayah tersebut.

Dia menggambarkan orang-orang yang menghadapi pilihan putus asa.

Baca Juga: Ledakan Bom Tewaskan 30 Orang yang Semuanya Anggota Pasukan Keamanan di Afghanistan

“Di satu sisi, mereka tinggal di rumah, kemungkinan dibunuh karena kelaparan, dan di sisi lain mereka pergi ke lahan pertanian serta berisiko terbunuh oleh pemberontak,” tuturnya.

Bulama Bukarti, Analis Tony Blair Institute for Global Change, berpendapat bahwa kegagalan mengendalikan Boko Haram telah menghancurkan kehidupan dan perekonomian.

"Pasukan keamanan jelas kalah dalam perang ini," sambungnya.

Baca Juga: Akan Diadili, 19 Tentara Australia Diduga Membunuh 39 Tahanan dan Warga Sipil Afghanistan

Dia menggambarkan, tahun 2019 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan keamanan Nigeria, sejak kampanye bersenjata Boko Haram dimulai pada 2009. ***

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler