Dikutip PikiranRakyat-Majalengka.com dari Asia.Nikkel.com, seorang wanita muda yang ditembak kepalanya minggu lalu ketika polisi berusaha membubarkan kerumunan kini ditemukan tewas.
Setelah berjuang sejak dibawa ke rumah sakit pada 9 Februari akhirnya, pada hari Jumat, 19 Februari 2021 wanita tersebut meninggal kabar ini dikonfirmasi oleh saudara perempuannya.
Mya Thwate Thwate Khaing yang baru berusia 20 tahun itu terkena peluru selama melakukan protes di ibu kota Naypytaw.
Wanita muda ini telah berjuang selama sepuluh hari untuk hidup dengan bantuan alat sampai pada akhirnya meninggal pada hari Jumat lalu.
Dia adalah satu-satunya pengunjuk rasa yang terbunuh sejak tentara Myanmar merebut kekuasaan pada 1 Februari.
Seorang desainer interior berusia 36 tahun yang berpartisipasi dalam protes di Yangon menyampaikan rasa keprihatinan terhadap apa yang terjadi pada wanita muda tersebut.
"Saya sangat sedih. Namun kami akan terus berjuang untuk demokrasi." Ujarnya.
Diketahui bahwa Polisi mendirikan barikade di persimpangan utama Jalan Pagoda Sule di pusat kota Yangon untuk mencegah protes.
Tetapi beberapa ratusan pengunjuk rasa bertambah dan terus memberontak dan berkumpul di dekat barikade.
Seorang siswi berusia 19 tahun terus memohon untuk mengembalikan sang Presiden dan Aung San Suu Kyi.