Hak Suara Dicabut dari Myanmar, Rohingya: Kami Tidak Masalah

- 7 November 2020, 23:18 WIB
Ilustrasi Pemilu.*
Ilustrasi Pemilu.* /

PR MAJALENGKA - Mohammad Yusuf salah satu etnis Rohingya selalu memberikan suara di hampir setiap pemilihan di Myanmar dari tahun 1974 hingga 2010.

Terakhir kali, etnis Rohingya diizinkan memberikan suara di negaranya setelah tiga tahun lalu melarikan akibat serangan militer yang brutal.

Pada hari Minggu, 7 November 2002, Myanmar mengadakan pemilihan demokratis kedua setelah beberapa dekade pemerintahan militer.

Baca Juga: 15 tahun Berkarya, Super Junior Telah Gelar 157 Konser

Yusuf adalah bagian dari ratusan ribu mayoritas Muslim Rohingya yang dicabut hak suaranya.

Hal ini membuat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa pemilihan tidak akan bebas atau adil.

“Tidak bisa memilih membuat saya merasa sangat sedih. Rasanya seolah-olah kami sudah mati dan kami tidak penting,” kata Yusuf yang dikutip Majalengka.Pikiran-Rakyat.com dari Aljazeera.

Baca Juga: Tentara Israel Hancurkan Desa di Palestina yang Masuk Zona Tembak , Begini Tanggapan PBB

Yusuf kini tinggal di di Bangladesh, pemukiman dengan pengungsi terbesar di dunia.

Halaman:

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah