Wanita di Myanmar Bersumpah untuk Berjuang Tanpa Henti Melawan Kudeta Meskipun Kematian Menjadi Risikonya

11 Maret 2021, 19:05 WIB
Kyal Shin mahasiswi demonstran Myanmar.* /

PR MAJALENGKA - Keadaan di Myanmar memang diketahui semakin memburuk semenjak adanya kudeta yang dilakukan pihak militer.

Kudeta ini berawal pada awal Februari yang sudah berlangsung satu bulan lebih sampai sekarang.

Masyarakat Myanmar berusaha keras untuk menentang kudeta yang dilakukan pihak militer dengan turun ke jalan menyuarakan aspirasinya.

Baca Juga: Bukan Jalur untuk Kendaraan Besar, 27 Orang Kecelakaan Bus di Sumedang Tewas

Seperti yang diberitakan PikiranRakyat-Majalengk.com sebelumnya, kudeta ini dipicu oleh hasil pemilu presiden yang dilakukan pada November 2020.

Dimana perolehan suara pihak militer kalah telak terhadap Aung San Suu Kyi, tidak terima dengan hasil tersebut mereka mencurigai adanya kecurangan.

Hal tersebut ditanggapi oleh Komisi pemilihan umum membuat dilakukannya penyelidikan dan menghasilkan bahwa tidak ada kecurangan dalam pemilihan yang terjadi tahun lalu itu.

Baca Juga: Spoiler Ikatan Cinta 11 Maret 2021: Andin Menemukan Bukti Pembunuh Roy yang Sebenarnya

Pihak militer yang tidak terima justru menculik presiden Myanmar,  Aung San Suu Kyi beserta jajaran pemerintah lainnya yang memiliki kewenangan untuk mengambil alih pemerintahan.

Kudeta yang memicu ratusan ribu orang turun ke jalan ini dihadapi pihak militer dengan keras.

Dikutip PikiranRakyat-Majalengka.com dari kanal Youtube South China Morning Post, setidaknya sudah ada 50 orang lebih yang terbunuh secara brutal dalam bentrokan yang terjadi di Myanmar antara demonstran dengan militer.

Baca Juga: 5 Manfaat Konsumsi Semangka bagi Ibu Hamil, Redakan Mual hingga Cegah Kram Otot

Selain korban yang berjatuhan, pihak militer Myanmar juga setidaknya telah menahan lebih dari 1.800 orang termasuk jurnalis.

Pihak militer terus membatasi liputan media tentang krisis yang terjadi di Myanmar tersebut.

Di Sanchaung, polisi akan menembakkan senjata dan menggunakan granat kejut untuk memeriksa rumah siapa saja orang yang dari luar distrik.

Baca Juga: Link Streaming dan Sinopsis Reply 1998 NET TV Eps 4: Deok Sun Ingin Kuliah

Mereka akan menghukum siapapun yang tertangkap menyembunyikan orang luar distrik.

Meski begitu, demo besar-besaran terus berlangsung di kota-kota Myanmar.

Pihak militer juga mulai menggunakan kekerasan untuk membubarkan demonstran.

Baca Juga: Penuhi Panggilan Polisi, Rizky Billar Jawab 24 Pertanyaan Terkait Kerumunan di Restoran Miliknya

Kekerasan tersebut menyebabkan kematian pertama seorang demonstran perempuan ketika bentrok dengan polisi.

Seorang gadis muda berumur 20 tahun bernama Mya Thwate Thwate Khaing, tertembak di kepala pada 19 Februari 2021 dan berjuang keras untuk bertahan hidup dengan menggunakan alat medis.

Gadis itu kemudian meninggal setelah sepuluh hari kemudian.

Baca Juga: Dideklarasikan Jadi Calon Presiden 2024, Airlangga Hartarto Didukung Kosgoro 1957

Kematiannya justru semakin membakar semangat para demonstran untuk menolak kudeta militer.

Dikutip dari sumber yang sama, ibu muda Khine Mar Nwe, sudah selama satu bulan ini tidak pulang ke rumahnya untuk pergi mengikuti demonstrasi di Yangon Myanmar.

Wanita berusia 26 tahun itu selalu terlihat di jalan melakukan protes menolak kudeta yang dilakukan pihak militer di Myanmar.

Baca Juga: Prediksi Liga Italia Atalanta vs Spezia: Ambisi La Dea Tembus 4 Besar

Pemimpin serikat pabrik garmen ini juga mengajak teman-teman kerjanya untuk ikut bersama melakukan demonstrasi.

“Saya seorang ibu, dan memiliki anak dan keluarga di rumah. Namun sudah satu bulan ini saya tinggal jauh dari keluarga untuk bergabung dengan demonstran,” ucap Khine Mar Nwe.

Dia mengaku bahwa pemilik pabrik telah memaksanya untuk tidak ikut melakukan demonstrasi, hal tersebut membuatnya terintimidasi secara fisik.

Baca Juga: Cair Hari Ini! Berikut Cara Klaim Kuota Internet Gratis dari Kemdikbud untuk Siswa, Mahasiswa, Guru, dan Dosen

Khine Mar Nwe mengatakan kalau dirinya bangga terhadap wanita Myanmar yang berjuang bahkan sampai mati untuk menolak kudeta militer tersebut.

“Aku tidak sedih dan aku bersumpah akan berjuang tanpa henti atas nama mereka selama aku masih bernafas,” kata Khine Mar Nwe.

Selain Mya Thwate Thwate Khaing ada satu wanita muda lainnya yang menjadi ikon dalam demonstrasi penolakan kudeta di Myanmar.

Baca Juga: Sesuai Rencana, Mnet Mengumumkan Girl Group IZ*ONE akan Dibubarkan pada April Mendatang

Dia adalah gadis cantik bernama Kyal Sin atau Angel yang membuat ‘Everything will be OK’ menjadi trending di media sosial.

Kyal Sin meninggal tertembak di kepala, ketika itu dia menggunakan baju bertuliskan Everything will be OK.

Pelajar sekaligus instruktur dan juara taekwondo itu tutup usia di umur 19 tahun pada 3 Maret lalu.

Baca Juga: Prediksi Serie A Italia Lazio vs Crotone: Immobile Siap Ciptakan Rekor di Stadio Olimpico

Khine Mar Nwe meminta kepada semua wanita di Myanmar untuk bergabung untuk menyelamatkan pemimpin perempuan Myanmar (Aung San Suu Kyi).

“Aku mau wanita juga ikut bergabung bersama pria untuk menolak kediktatoran militer, aku meminta untuk para wanita ikut berjuang sampai akhir,” ucap Khine Mar Nwe.***

 

Editor: Thytha Surya Swastika

Sumber: YouTube Sobat Dosen

Tags

Terkini

Terpopuler