Soal Penyerangan di Mabes Polri, Bamsoet Minta AParat Kepolisian dan Masyarakat Tingkatkan Kewaspadaan

- 1 April 2021, 14:25 WIB
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menyampaikan bahwa tindakan penyerangan di Mabes Polri merupakan alarm keras.
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menyampaikan bahwa tindakan penyerangan di Mabes Polri merupakan alarm keras. /Antara

PR Majalengka – Penyerangan aksi teror terjadi di Mabes Polri pada Rabu, 31 Maret 2021 pukul 16.30 WIB.

Aksi ini tentu mendapat perhatian dari seluruh kalangan tak terkecuali Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo (Bamsoet).

Dikutip PikiranRakyat-Majalengka.com dari laman resmi Majelis Permusyawaratan Rakyat, ia menilai bahwa penyerangan yang terjadi di Mabes Polri pada Rabu, 31 Maret 2021 lalu merupakan alarm keras.

Baca Juga: Pemain Baru Persib Bandung Farshad Noor Sampaikan Harapannya Bersama Persib Bandung

Akibat kejadian tersebut, seluruh pihak harus meningkatkan kewaspadaan terhadap serangan kelompok teroris.

Tak hanya di pusat, peningkatan kewaspadaan juga harus dilakukan oleh pihak kepolisian di berbagai daerah.

“Polri, BIN, BAIS, dan berbagai aparat keamanan lainnya harus memperkuat kegiatan intelijen, sehingga bisa mendeteksi dini kemungkinan terjadinya pergerakan teroris. Begitupun dengan BNPT hingga TNI yang harus memaksimalkan perannya,” ujarnya.

Baca Juga: Terungkap! Ini Isi Surat Pelaku Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar

“Keberadaan UU Nomor 5 Tahun 2018 tentang pemberantasan tindak pidana terorisme, menjadikan tidak ada alasan lagi bagi aparat hukum mengatakan bahwa mereka tidak memiliki kewenangan cukup dalam penanggulangan terorisme di tahun-tahun sebelumnya,” kata Bamsoet melanjutkan.

Bamsoet juga mengingatkan masyarakat agar tidak menghubungkan pakaian khas agama yang digunakan saat penyerangan Mabes Polri dengan agama tertentu.

“Walaupun penyerangan di Mabes Polri dilakukan oleh orang yang menggunakan khas muslim seutuhnya, “kata Bamsoet.

Baca Juga: 5 Tanda Kamu Harus Segera Berhenti Minum Kopi, Punya Risiko Kecemasan Salah Satunya

Menurutnya, siapapun dengan motif apapun bisa saja berada dibaliknya penyerangan tersebut dan tidak perlu ada stigma terkait dengan teroris berasal dan membawa salah satu agama.

“Siapapun dengan motif apapun bisa berada dibaliknya. Muslim Indonesia adalah muslim yang Rahmatan Lil Alamin, dengan mengedepankan nilai tasamuh (toleran), tawazun (seimbang/harmoni), tawassuth (moderat), dan ta’adul (keadilan). Sikap si penyerang tersebut sangat jauh dari itu semua, “lanjutnya.

Ia juga mengatakan bahwa tindakan terorisme bukan hanya menjadi kejahatan terhadap kemanusiaan, tetapi juga kejahatan terhadap persatuan dan kedaulatan kebangsaan.

Baca Juga: 5 Manfaat Konsumsi Kaldu Tulang, Pencernaan Lebih Baik Salah Satunya

“Walaupun dalam beberapa hari ini sudah dua peristiwa yang mencengangkan, bom bunuh diri di gereja katedral Makassar dan penyerangan di Mabes Polri, masyarakat harus tetap tenang dan waspada, “ ungkapnya.

“Bangsa Indonesia sudah membuktikan selama ini bisa hidup rukun dan damai antar pemeluk agama, yang kita lawan bukanlah sesama pemeluk agama, melainkan teroris sebagai orang yang tidak memiliki agama, yang tidak pantas hidup di bumi Indonesia, “ katanya melanjutkan.***

 

Editor: Thytha Surya Swastika

Sumber: mpr.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah