Hari AIDS Sedunia, Selama Pandemi Covid-19 Penanganan Penderita HIV/AIDS Terhambat

1 Desember 2020, 14:08 WIB
Ilustrasi HIV. /PEXELS/Anna Shvets

PR MAJALENGKA - Dampak pandemi Covid-19 dirasakan semua orang, tak terkecuali bagi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) karena layanan penanganan masalah HIV/AIDS menjadi tehambat.

Dikutip Majalengka.Pikiran-rakyat.con dari WHO terhambatnya layanan HIV/AIDS akibat Covid-19 akan mengancam nyawa penderita.

Sebab pergerakan yang terbatas mempersulit ODHA untuk menjangkau layanan kesehatan HIV/AIDS.

Baca Juga: Kembali Membuat Sejarah, BTS Berhasil Puncaki Chart Billboard dengan Lagu Non-Inggris Pertama

Selain itu, gangguan ekonomi yang disebabkan pandemic Covid-19 membuat layanan menjadi tidak terjangkau oleh ODHA.

WHO menyebutkan pada Juli 2020 sepertiga orang kesulitan mendapatkan obat antiretroviral (AVR) karena pasokan obat terganggu.

Obat antiretrovial (AVR) adalah obat khusus ODHA yang dikonsumsi setiap hari untuk menekan virus agar menjaga kekebalan tubuh penderita.

Baca Juga: Sambut Hari Raya Natal 2020, Berikut Panduan Penyelenggaraan Natal dari Kemenag

Sebuah studi model WHO dan UNAIDS menunjukkan bahwa gangguan enam bulan dalam akses ke obat-obatan HIV dapat menyebabkan dua kali lipat kematian terkait AIDS di sub-Sahara Afrika pada tahun 2020 saja.

WHO mencatat pada tahun 2019 690.000 orang meninggal akibat HIV/AIDS dan 1,7 juta orang baru terinfeksi, dengan hampir 2 dari tiga (62%).

Semenjak kasus HIV/AID ditemukan di Indonesia pada tahun 1987, penanganan HIV/AIDS menjadi program nasional pemerintah untuk memberikan layanan kesehatan khusus bagi penderita HIV/AIDS.

Baca Juga: Setelah 7 Tahun Kuliah, Akhirnya Ria Ricis Sandang Gelar Sarjana Komunikasi dan Wisuda S1

Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan di awal tahun 2012 ODHA di Indonesia berjumlah 630 ribu.

Kemudian angkanya menurun menjadi 543 ribu pada tahun 2018.

"Jadi ini merupakan kerja bersama kita dan kerja semua. Tidak bisa hanya oleh sektor kesehatan saja, di berbagai lintas sektor dan lintas program ikut terlibat,” katanya saat media briefing secara virtual Senin 30 November 2020 dikutip Majalengka.pikiran-rayat.com dari laman resmi Kemenkes.

Baca Juga: Orang-Orangan Sawah Dibuat oleh Penduduk Desa Kamboja untuk Tangkal Covid-19

“Dari mulai upaya pencegahan sejak tentunya remaja, bagaimana mengubah perilaku beresiko seksual, ataupun bagaimana pengobatan dan sehingga seseorang yang terinfeksi HIV/AIDS tidak jatuh pada kondisi terpuruk dan tetap beraktivitas secara normal," sambungnya.

Nadia juga mengajak menguatkan komitmen untuk berupaya untuk mencegah ibu hamil yang positif HIV/AIDS menularkan kepada anaknya.

"Ini yang sudah pasti supaya kita menghasilkan SDM yang tentunya berdaya saing dan tentunya nanti akan berkontribusi pada pembangunan secara umum," ucap Nadia.

Baca Juga: Gunungapi Ili Lewotolok NTT Alami Erupsi Lagi, Kolom Abu Setinggi 700 Meter Terlihat di Atas Puncak

Ketua PP Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi, Ari Kusuma mengatakan untuk mengakhiri HIV/AIDS terdapat 3 ukuran.

Pertama, zero infeksi baru, pemerintah akan menekan infeksi baru seminimal mungkin agar tidak ada kasus baru, ditargetkan sebanyak 90% orang dengan HIV/AIDS mengetahui statusnya.

Kedua, zero kematian akibat HIV/AIDS, hal ini diukur dari 90% orang dengan HIV/AIDS diobati atau menjalani pengobatan ARV.

Baca Juga: Ketum PBNU KH Said Aqil Siraj Positif Covid-19, Ustaz Yusuf Mansur: Doain Kyai Pahalanya Gede Banget

Ketiga, zero diskriminasi, yakni 90% orang dengan HIV/AIDS tidak merasa terdiskriminasi.

"Kita melihat masih banyaknya diskriminasi terhadap anak-anak dengan HIV/AIDS baik oleh keluarganya maupun oleh masyarakatnya masih mengalami stigma dan diskriminasi,'' kata Ari.***

Editor: Asytari Fauziah

Sumber: WHO Kemkes.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler