Pneumonia atau Hanya Sebatas Pilek? Dr.dr. Nastiti Kaswandani: Orang-Orang Lazim Menyalahartikannya

- 5 November 2020, 16:25 WIB
Beda gejala pneumonia dengan pilek atau influenza
Beda gejala pneumonia dengan pilek atau influenza /freepik

PR MAJALENGKA - Banyak orang menyalahartikan pneumonia dengan gejala influenza atau pilek seperti demam, batuk, dan kehilangn nafsu makan.

Pneumonia pun dapat menyerang orang berbagai usia mulai dari anak-anak hingga lansia.

Seperti dilansir PR Majalengka dari Antara News, menurut Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr.dr. Nastiti Kaswandani, selain gejala itu, penderita juga bisa mengalami sesak napas.

Baca Juga: Jauhi Rokok dan Mulailah Diet Sehat Jika Tidak Ingin Terkena Penyakit Mematikan Ini

Berbeda dari pilek ataupun flu, napas penderita bisa tampak sangat cepat dari biasanya.

"Curigai pneumonia kalau gejalanya berlanjut, (yakni) demam 2-3 hari. Tanda penting lainnya anak terlihat napasnya lebih cepat dari biasanya, sesak napas," ujar dia dalam talk show virtual bertema "Selamatkan Anak dari Bahaya Pneumonia di Masa Pandemi", Kamis 5 November 2020.

Nastiti menuturkan, saat gejala seperti ini tiba, bergegaslah membawa penderita ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dini dan menyelamatkan nyawanya.

Baca Juga: Kabar Gembira, Jemaah Asal Indonesia Sudah Bisa Memulai Ibadah Umrah di Masjidi Haram

Pneumonia disebabkan peradangan pada kantong udara atau alveoli di paru-paru karena infeksi bakteri, virus dan jamur.

Namun yang paling umum penyebabnya ialah bakteri Streptococcus pneumoniae (pneumococcus).

Bakteri ini menyebabkan kantong udara itu terisi dengan cairan dan nanah.

Baca Juga: Siapa Saja yang Bisa Terinfeksi Jerawat Kelamin? Simak Baik-Baik Gejala & Akibatnya Berikut Ini

Akibatnya, selain mengalami kesulitan bernapas, penderita juga bisa mengalami berbagai komplikasi serius mulai dari abses paru-paru, infeksi darah atau sepsis, gagal organ hingga kematian.

Umumnya masa aktif gejala ini berlangsung kurang dari 14 hari.

"Paru organ penting untuk pertukaran oksigen, kalau ada gangguan di jaringan paru, terisi sel radang, maka fungsi pertukaran oksigen bisa terganggu dan anak bisa kekurangan oksigen. Kalau tidak ditangani bisa menyebabkan kematian," papar Nastiti.

Baca Juga: DPR RI Berharap Akademisi Ikut Andil dan Terlibat dalam Pembentukan Undang-Undang

Bakteri pneumococcus menyebar lewat udara misalnya ketika batuk atau bersin, darah atau permukaan terkontaminasi.

Untuk dapat terjaga dari infeksi bakteri ini, lakukan langkah-langkah penerapan perilaku hidup bersih termasuk mencuci tangan dengan sabun dan menjaga sistem imun tubuh.

Selain di atas, bisa juga dengan imunisasi PCV (pneumococcal conjugate vaccine).

Baca Juga: 5 November Diperingati Sebagai Hari Puspa dan Satwa Nasional, Inilah Hewan & Bunga yang Dilindungi

Imunisasi ini bisa mulai diberikan pada balita di bawah usia 2 tahun hingga lansia berusia di atas 50 tahun.

Untuk menentukan jadwal imunisasi yang tepat, sebaiknya perlu dikonsultasi dahulu dengan dokter.

Di sisi lain, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pemerintah berkomitmen mencegah anak-anak di Indonesia meninggal karena penyakit khusus pneumonia.

Baca Juga: 5 November Diperingati Sebagai Hari Puspa dan Satwa Nasional, Inilah Hewan & Bunga yang Dilindungi

Untuk itu, pemantauan kasus-kasus pneumonia pada anak yang ditemukan di puksesmas, klinik maupun rumah sakit terus dilakukan, sembari mengintervensi pada kasus, sehingga tak menjadi kejadian luar biasa (KLB).

"Jangan sampai KLB pneumonia, segera temukan dini kasus pneumonia melalui tools Manajemen Terpadu Balita Sakit (MBTS) untuk mendeteksi dini pneumonia di fasilitas pelayanan kesehatan," ucapnya.

Selain itu, Nadia juga mengimbau orang tua untuk memberi perhatian kualitas gizi anak sejak dalam kandungan.

Baca Juga: Psikolog: Melihat Foto-Foto Lama Menjadi Bentuk Perawatan Diri dan Bangkitkan Rasa Bahagia

Sehingga anak lahir dalam keadaan berat badan ideal dan penuhi jadwal imunisasinya.

Penting diketahui, faktor risiko seseorang terkena pneumonia seperti kurang gizi, anak lahir dengan berat badan kurang, tidak mendapatkan ASI eksklusif, ditambah imunisasi tak lengkap dan paparan asap rokok. ***

Editor: Asytari Fauziah

Sumber: Antara News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah