Sekjen PBB Lakukan Pembatasan Diri Setelah pembunuhan Ilmuwan Nuklir Iran

- 28 November 2020, 20:20 WIB
Ilustrasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).*
Ilustrasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).* /pixabay.com/padrinan

PR MAJALENGKA - Mohsen Fakhrizadeh, ilmuwan nuklir terkenal Iran tewas dalam penyergapan di dekat Teheran pada hari Jumat 27 November 2020 waktu setempat.

Meninggalnya Mohsen Fakhrizadeh dapat memicu konflik antara Iran dan musuh-musuhnya.

Menurut media Iran, Mohsen Fakhrizadeh meninggal dunia di rumah sakit setelah pembunuh bersenjata menembaknya di mobil.

Baca Juga: Sebuah Penelitian Menunjukkan Vitamin D Gagal Membantu dalam Kasus Pasien Covid-19 yang Parah

Dalam kejadian ini, Iran menuding Israel melakukan pembunuhan tersebut dan mendapat restu dari berakhirnya masa jabatan Donald Trump.

Dikutip Majalengka.Pikiran-rakyat.com dari Reuters, Fakhrizadeh telah digambarkan oleh dinas intelijen Barat dan Israel sebagai pemimpin misterius dari program bom atom rahasia yang dihentikan pada tahun 2003.

Namun, Iran selama ini membantah berupaya mempersenjatai energi nuklir tersebut.

Baca Juga: Tiongkok dan Korea Selatan Setujui Perubahan di Bawah Pemerintahan Amerika Serikat yang Baru

Kantor berita semi-resmi Tasnim mengatakan, teroris meledakkan mobil lain sebelum menembaki kendaraan yang ditumpangi Fakhrizadeh dan pengawalnya dalam penyergapan di luar ibu kota.

Kejadian tersebut tentu menimbulkan ketegangan dan menjadi sorotan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Masih dikutip dari Reuters, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres mendesak untuk melakukan pembatasan diri setelah terbunuhnya ilmuwan Iran pada hari Jumat.

Baca Juga: India Resmi Masuk Resesi Menyusul Lonjakan Kasus Covid-19

Setelah seorang juru bicara PBB mengatakan, Fakhrizadeh adalah seorang ilmuwan nuklir Iran yang telah lama dicurigai oleh Barat sebagai dalang rahasia bom nuklir dibunuh di dekat Teheran.

“Kami telah mencatat laporan bahwa seorang ilmuwan nuklir Iran telah dibunuh di dekat Teheran hari ini,” ujarnya.

Atas kejadian tersebut, Guterres mendesak untuk melakukan pembatasan diri dan kebutuhan menghindari tindakan apa pun yang dapat menyebabkan peningkatan ketegangan di wilayah tersebut. ***

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x