Militer Myanmar Ambil Alih Kekuasaan Negara, Seratus Ribu Orang Turun Lakukan Demonstrasi

10 Februari 2021, 09:52 WIB
Potret situasi demonstrasi menentang kude militer Myanmar. //Reuters/Stringer

PR MAJALENGKA- Keadaan di Myanmar semakin memanas setelah terjadinya pengambil alihan kekuasaan oleh pihak militer.

Seperti yang diketahui sebelumnya, bahwa adanya protes dari pihak militer terhadap hasil pemilu yang diduga dicurangi Aung San Suu Kyi membuatnya ditahan oleh militer Myanmar.

Tindakan ini merupakan pengambilalihan kekuasaan pemerintahan oleh militer Myanmar.

Baca Juga: Jalan Tol Cipali Km 122 Amblas, Kementerian PUPR Bergerak Cepat Beri Solusi dan Penanganan

Dikutip Majalengka.pikiran-rakyat.com dari Channelnewasia.com, militer Myanmar menyerbu markas besar Yangon dari partai pemimpin Aung San Suu Kyi pada Selasa malam (9 Februari) untuk menggulingkannya.

Tindakan tersebut tentu saja memicu demo besar-besaran di Myanmar dikarenakan tindakan kudeta dengan melakukan penahanan Aung San Suu Kyi oleh para jendral.

Setidaknya ada ratusan ribu orang yang turun ke jalan untuk melakukan demonstrasi menentang militer pemerintah.

Baca Juga: Pemain Muda Man Utd, Shola Shoretire Ditawari Kontrak Oleh Barcelona dan Juventus

Amerika Serikat mengutuk keras terhadap kekerasan yang terjadi pada pengunjuk rasa yang menuntut demokrasi.

Kerusahan memanas setelah terjadi demonstrasi selama berhari-hari. Polisi dikabarkan mengerahkan meriam air di beberapa kota.

Selain itu, para demonstran di ibu kota Naypyidaw juga dihujani peluru karet dan gas air mata.

Baca Juga: Update Covid-19 Majalengka Rabu 10 Februari: Kasus Aktif Kembali Naik, 2 Kecamatan Zona Merah

Demo besar ini terjadi ketika National League for Democracy (NLD) melalui halaman Facebook-nya mengumumkan telah terjadinya penggerebekan oleh diktator militer ke markas NLD.

Pernyataan singkat partai itu tidak dijelaskan secara rinci, menyebabkan timbulnya demonstran besar di Myanmar.

Unjuk rasa terus terjadi meski pemerintah militer telah mengambil tindakan terhadap demonstrasi yang mengancam ‘stabilitas.’

Baca Juga: McTominay Tunjukan Van de Beek Apa yang Harus Dilakukan Lini Tengah Man Utd

Selain itu pemerintah militer juga membuat larangan baru tidak membolehkan melakukan pertemuan lebih dari lima orang.

Amerika Serikat terus berusaha menyerukan hak kebebasan berekspresi dari warga Myanmar dan meminta para jendral untuk mundur.

“Kami mengutuk keras kekerasan terhadap demonstran,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price.

Baca Juga: Ramalan Zodiak yang Kurang Beruntung Minggu Ini 8-14 Februari 2021, Cancer Hadapi Banyak Perpisahan!

Dia juga menambahkan bahwa orang-orang di Myanmar memiliki hak untuk berkumpul secara damai.

“Kami meminta militer harus menghentikan tindakannya, lalu memulihkan pemerintahan yang dipilih secara demokratis,”ucapnya.

“Kemudian membebaskan mereka yang ditahan dan mencabut semua pembatasan telekomunikasi dan menahan diri dari kekerasan," sambung Ned Price.

Baca Juga: Berkedok Sebagai Pembeli di Warung, KKB Papua Kembali Tembak Warga Sipil

Ned Price mengatakan bahwa sebelumnya AS meminta untuk melakukan pembicaraan dengan Aung San Suu Kyi namun gagal.

Dalam demo tersebut, para demonstran ramai-ramai mengacungkan tiga jarinya ke langit mengartikan penolakan masyarakat terhadap pemerintah militer.

Sekaligus sebagai bentuk protes pro-demokrasi.

Tindakan ini secara tidak langsung menciderai demokrasi di Myanmar. Berikut ini adalah cuplikan demonstrasi yang terjadi di Myanmar.

***

Editor: Asytari Fauziah

Sumber: Channel New Asia

Tags

Terkini

Terpopuler