Luar Biasa! Jepang Ambil Asteroid di Luar Angkasa untuk Mencari Tahun Asal Mula Planet

8 Desember 2020, 15:53 WIB
Ilustrsi Planet.* /pixabay.com/Free-Photos

PR MAJALENGKA - Jepang telah mengambil kapsul debu asteroid dari pedalaman terpencil Australia, setelah misi 6 tahun yang dapat membantu mengungkap lebih banyak tentang asal-usul planet dan air.

Dikutip Majalengka.Pikiran-rakyat.com dari Reuters, misi pesawat ruang angkasa Jepang Hayabusa2, menyoroti peran Asia yang semakin meningkat dalam eksplorasi ruang angkasa.

Dengan kendaraan robotik Tiongkok mengumpulkan sampel bulan minggu lalu untuk pertama kalinya sejak tahun 1970-an.

Baca Juga: Kali Pertama Setelah 4 Tahun, Tiongkok Akhirnya Menyetujui Game Milik Korea Selatan ‘Summoners War’

Sebuah helikopter menerbangkan kapsul dari pesawat tanpa awak, berisi sampel debu asteroid pertama yang ekstensif dari lokasi pendaratan di gurun Australia ke fasilitas penelitian domestik Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang (JAXA).

Presiden JAXA Hiroshi Yamakaw mengatakan, pesawat tersebut mendarat di asteroid dua kali dan kedua kalinya menciptakan kawah buatan dan mengumpulkan beberapa puing.

"Saya berharap ini akan menjelaskan bagaimana tata surya terbentuk dan bagaimana air dibawa ke Bumi,” katanya.

Baca Juga: Penelitian Keamanan IBM Temukan Hackers yang Targetkan Proses Distribusi Vaksin Covid-19

Selain itu, Yamakawa juga berucap kapsul tersebut bisa saja mengandung beberapa gas, yang akan diekstraksi di Australia.

Pesawat ruang angkasa, diluncurkan pada 2014 dari pusat antariksa Tanegashima Jepang dan melakukan perjalanan selama 4 tahun ke asteroid Ryugu, di mana dia mengumpulkan sampel dan pulang pada November 2019.

Dalam rekaman NHK, penonton berkumpul di teater dekat Ibu Kota Jepang Tokyo untuk melihat kepulangan sembari bertepuk tangan dan melambaikan spanduk, dengan seorang wanita menangis.

Baca Juga: Keren! Sistem Pengenalan Wajah Semakin Canggih hingga Mampu Mengenali Saat Pakai Masker

Mereka mengenakan masker dan menjaga jarak satu sama lain sebagai tindakan pencegahan terhadap penyebaran virus Covid-19.

Asteroid diyakini terbentuk saat fajar tata surya, dan para ilmuwan mengungkapkan, sampel tersebut mungkin mengandung bahan organik yang dapat berkontribusi pada kehidupan di Bumi.

"Apa yang sebenarnya kami lakukan di sini adalah mencoba mengambil sampel batuan murni yang belum tersinari matahari," kata Ahli Astrofisika Lisa Harvey Smith.

Baca Juga: Alat Baru dari Microsoft yang Bertujuan Bantu Bisnis Tangani Data

Gas yang terperangkap dalam sampel batuan dapat mengungkap lebih banyak kondisi yang berlaku sekitar 4,6 miliar tahun lalu.

Pengambilan kapsul juga menyoroti kerja sama teknis yang erat antara Jepang dan Australia.

Megan Clark, Kepala Badan Antariksa Australia menuturkan, pihaknya akan terus mendukung JAXA sampai selesai.

Baca Juga: Hampir Merger dengan Gojek, Grab Kini dalam Posisi untuk Lakukan Akuisisi

“Pekerjaan kami mendukung JAXA tidak akan selesai sampai kami melihat sampelnya dengan aman meninggalkan Australia dan kembali ke Jepang,” tuturnya.

Dia pun menjelaskan, sampel akan mulai menceritakan kisah dan mengungkapkan beberapa tanda indah tentang proses bagaimana air ada di Bumi.

Pesawat Jepang, dinamai elang peregrine, burung pemangsa, mengorbit di atas asteroid selama beberapa bulan untuk memetakan permukaannya sebelum mendarat.

Baca Juga: Kreatif, Demonstran di Thailand Gunakan Bebek Karet untuk Lindungi Diri Saat Unjuk Rasa

Jenis ini menggunakan bahan peledak kecil untuk meledakkan kawah dan mengumpulkan puing-puing yang dihasilkan.

Setelah Hayabusa2 menurunkan kapsulnya, kapsul itu berubah arah dan kembali ke luar angkasa.

Kapsul itu menyala saat masuk kembali ke atmosfer pada Minggu pagi dan mendarat di daerah terlarang Woomera, sekitar 460 km atau 285 mil utara Adelaide.***

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler