PR MAJALENGKA – Sekitar tiga ribu orang dari negara bagian Karen tenggara Myanmar melarikan diri ke Thailand setelah militer mengebom daerah yang dikuasai oleh kelompok etnis bersenjata
Dikutip dari PikiranRakyat-Majalengka.com
“Saat ini, penduduk desa bersembunyi di hutan karena lebih dari tiga ribu orang menyeberang ke Thailand untuk berlindung,“ kata Organisasi Wanita Karen.
“Kami menuntut tanggapan internasional atas kekejaman yang terjadi untuk mengirimkan pesan bahwa militer tidak dapat lagi bertindak tanpa hukum," sambungnya.
Selain itu layanan penyiaran publik Thailand melaporkan sekitar tiga ribu orang telah mencapai Thailand.
Otoritas Thailand belum mengeluarkan pernyataan langsung.
Baca Juga: Tadarus Ramadan 2021: Simak Quran Surah At-Tagabun, Lengkap dengan Terjemah dan Latin
Di tempat lain di Myanmar, kekerasan juga berlanjut, ketika orang-orang berkumpul untuk berduka atas mereka yang terbunuh pada Sabtu, 27 Maret 2021.
Hari itu disebut sebagai hari paling berdarah dari protes anti-kudeta sejak militer merebut kekuasaan dari pemerintah sipil Aung San Suu Kyi dalam kudeta pada 1 Februari lalu.
Selain itu di Bago, dekat Kota Yangon, tentara juga menembaki orang-orang yang berkumpul untuk berduka atas siswa yang tewas berusia 20 tahun.
Baca Juga: 5 Manfaat Jahe Bagi Kesehatan Tubuh Manusia, Tingkatkan Sistem Imun Salah Satunya
Orang yagn berada disana mengatakan belum ada laporan tentang korban jiwa.
Saat kami menyanyikan lagu revolusi untuknya, pasukan keamanan yang baru datang langsung menembaki kami," kata seorang wanita bernama Aye.
Pada saat itu semua orang termasuk mereka lari saat tentara tersebut melepaskan tembakannya.
Baca Juga: Kualifikasi Piala Dunia 2022: Turki vs Latvia, Crescent Stars Incar Kemenangan Ketiga
Dalam insiden di tempat lain di Myanmar pada hari Minggu tercatat 13 orang lainnya tewas.
Hal itu dikatakan Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), sebuah kelompok advokasi yang melacak kematian dan penahanan.
Dikatakan dalam hampir dua bulan sejak kudeta telah tewas sekitar 459 warga sipil, sementara lebih dari 2.559 telah ditahan.***