PR MAJALENGKA - Kekerasan dan pembunuhan yang dilakukan oleh militer Myanmar terhadap lebih dari seratus pengunjuk rasa merupakan peristiwa paling berdarah di Myanmar sejak kudeta di awal Ferbuari 2021 lalu.
Peristiwa berdarah tersebut menarik kecaman serta kemarahan dari seluruh dunia, sehingga menyebabkan seruan tanggapan global yang semakin masif dari pihak internasional.
Tak terkecuali, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, mengutuk keras junta tersebut, dengan mengatakan bahwa Washington "ngeri" ketika peristiwa berdarah yang menyebabkan kematian pada Sabtu, 27 Maret 2021.
Baca Juga: Polisi Duga 2 Orang Sebagai Pelaku Bom di Gereja Katedral Makassar, 14 Orang jadi Korban
"Saya menyampaikan belasungkawa yang terdalam kepada keluarga para korban. Orang-orang Burma yang berani menolak pemerintahan teror militer," katanya dikutip PikiranRakyat-Majalengka.com dari The Guardian.
Pembunuhan yang dilakukan militer Myanmar menambah daftar panjang jumlah korban tewas sejak awal kudeta yang bertambah menjadi lebih dari 440 korban jiwa.
Tom Andrews, reporter khusus PBB, menyampaikan bahwa sudah waktunya bagi dunia untuk mengambil tindakan, diawali terlebih dulu melalui dewan keamanan PBB, setelah itu melakukan pertemuan puncak darurat internasional.
Baca Juga: Robert Alberts Ungkap Peluang Farshad Noor Tampil Saat Persib Bandung Lawan Persita Tangerang
Tom menambahkan, junta militer Myanmar sebaiknya dicegah untuk mendapatkan akses pendanaan, seperti pendapatannya dari sumber minyak dan gas, begitu juga dari akses memperoleh senjata.