Enam Warga Sipil Termasuk Seorang Anak Tewas Akibat Penembakan Sebuah Rumah Sakit di Aleppo Barat

- 22 Maret 2021, 11:45 WIB
Ilustrasi pasca serangan Israel di Suriah.
Ilustrasi pasca serangan Israel di Suriah. /PIXABAY/WikiImage
 
PR MAJALENGKA - Penembakan menggunakan artileri berat telah menewaskan sedikitnya enam warga sipil dan seorang anak di sebuah rumah sakit di wilayah Aleppo Barat.

Komite Penyelamatan Internasional (IRC) menyatakan, rumah sakit itu terletak di barat laut Suriah yang dikuasai oleh pemberontak.

Dalam serangan yang dilakukan pada Minggu, 21 Maret 2021, di Kota Atareb menyebabkan enam belas warga sipil mengalami luka-luka, termasuk lima orang staf kesehatan.
 
Baca Juga: The Falcon and the Winter Soldier: US Agent Akan Berbeda dengan Captain America?

"Empat dari korban luka dalam kondisi kritis," ujar IRC dikutip PikiranRakyat-Majalengka.com dari Aljazeera.

Adapun telah dilakukannya gencatan senjata oleh Rusia dan Turki pada Maret 2020, akan tetapi serangan masih terus dilakukan oleh pemberontak yang telah menduduki wilayah lebih luas di barat laut Suriah.

Laporan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertahanan Turki dan pemantau serangan mengemukakan bahwa serangan artileri yang dilakukan oleh pemerintah suriah menghantam pintu masuk rumah sakit.
 
Baca Juga: Piala Menpora 2021 Resmi Digelar, Ketua Umum PSSI: Ini Ujian

Menurut keterangan dari Rehana Zawar, Direktur IRC, bahwa serangan yang ditujukan pada rumah sakit mengakibatkan kerusakan parah, sehingga tidak dapat dipergunakan lagi sebagaimana mestinya.

Zawar dalam keterangannya menambahkan, serangan artileri tersebut merupakan serangan yang kelima kalinya terhadap rumah sakit sepanjang tahun ini.

Diketahui bahwa serangan yang berlangsung sejak 2019 lalu terhadap fasilitas kesehatan itu berjumlah total ada sekitar 118 serangan.
 
Baca Juga: Prediksi Liga Inggris: Brighton & Hove Albion vs Newcastle United, The Seagulls Siap Jauhi Zona Merah

"Fasilitas kesehatan dilindungi oleh hukum internasional dan harus menjadi tempat berlindung yang aman saat krisis terjadi," ujar Rehana Zawar dikutip PikiranRakyat-Majalengka.com dai Aljazeera.

Menurut penyampaian dari Zawar, Awal mula konflik terjadi telah dilaporkan setidaknya sekitar 600 serangan terjadi di faslitias kesehatan yang telah didokumentasikan.

Masih dikutip dari Aljazeera, melaporkan bahwa di provinsi tetangga Idlib yang dikuasai sebagian besar pemberontak, mengungkapkan bahwa dulunya rumah sakit tersebut melayani sekitar 100 ribu warga di daerah itu.
 
Baca Juga: Link Utama dan Mirror Pengumuman SNMPTN 2021, Cek Hasilnya di Sini!

White Helmets, kelompok penyelamat dan sukarewalan mengatakan, serangan yang berlangsung merupakan kelanjutan dari rezim dan kebijakan Rusia yang dirancang secara sistematis dengan target serangan ditujukan ke fasilitas medis.

Kawasan rumah sakit tersebut diketahui masih terletak di zona de-eskalasi yang telah disepakati oleh Pemerintah Rusia, Turki, dan Iran, yang membentang sepanjang pegunungan timur laut Latakia hingga pinggiran barat Aleppo.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan sebuah laporan bahwa setidaknya sekitar 70 persen tenga kesehatan meninggalkan negara itu.

Sehingga hanya menyisakan salah seoarang dokter di Suriah yang menangani layanan medis bagi 10 ribu warga sipil, dan hanya sekitar 58 persen saja rumah sakit yang dibuka untuk melayani kebutuhan medis warga.***

Editor: Asytari Fauziah

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x