Tidak Berdialog dengan Pemimpin Trigray, Perdana Menteri Ethiopia Justru Ketemu Utusan Uni-Afrika

- 28 November 2020, 21:35 WIB
Ilustrasi kehidupan di Ethiopia.*
Ilustrasi kehidupan di Ethiopia.* /Pixabay.com/12019

PR MAJALENGKA - Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed kembali mengesampingkan dialog dengan para pemimpin wilayah Tigray yang menantang selama pertemuan dengan tiga utusan khusus Uni Afrika.

Dikutip Majalengka.Pikiran-rakyat.com dari Aljazeera, Abiy Ahmed mengatakan kepada utusan yang mencoba untuk mengakhiri konflik antara pasukan Ethiopia dan pasukan Tigray, bersedia untuk berbicara dengan perwakilan yang beroperasi secara legal di wilayah tersebut.

Pertemuan itu terjadi ketika orang-orang melarikan diri dari ibu kota Tigrayan, Makelle, karena takut akan serangan yang akan terjadi setelah Abiy pada Kamis 26 November 2020 mengumumkan "fase terakhir" dari serangan tiga minggu itu.

Baca Juga: Donald Trump Akan Meninggalkan Gedung Putih Jika Joe Biden Dinyatakan Menang Suara Electoral College

Dalam pernyataan yang dikeluarkan setelah pertemuan, pihak Abiy mengatakan, pemerintah berkomitmen untuk melakukan perlindungan dan keamanan warga sipil di Tigray.

Namun, tidak ada kabar langsung dari tiga utusan AU yaitu Mantan Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf, mantan Presiden Mozambik Joaquim Chissano dan mantan Presiden Afrika Selatan Kgalema Motlanthe.

Pemerintah telah memberikan ultimatum kepada Tigray People’s Liberation Front (TPLF), yang memegang wilayah utara Ethiopia sampai Rabu 25 November 2020 untuk meletakkan senjata atau menghadapi serangan di Mekelle, yang memiliki jumlah penduduk 500.000 orang.

Baca Juga: Sekjen PBB Lakukan Pembatasan Diri Setelah pembunuhan Ilmuwan Nuklir Iran

Pemerintah federal dan regional menganggap satu sama lain tidak sah.

Abiy menuduh para pemimpin Tigrayan memulai perang dengan menyerang pasukan federal di sebuah pangkalan di Tigray tiga pekan lalu.

Namun, TPLF menggambarkan serangan itu sebagai serangan pencegahan.

Baca Juga: Sebuah Penelitian Menunjukkan Vitamin D Gagal Membantu dalam Kasus Pasien Covid-19 yang Parah

Juru bicara AU Ebba Kalondo tidak mengatakan apakah utusan Uni Eropa dapat bertemu dengan para pemimpin TPLF, sesuatu yang ditolak oleh kantor Abiy.

Perdana menteri mengatakan bahwa pihaknya menghargai "kepedulian orang tua" utusan AU.

Selain itu, ia merasa pemerintahnya gagal untuk menegakkan supremasi hukum di Tigray akan memelihara budaya impunitas dengan kerugian yang merugikan bagi kelangsungan negara itu.

Baca Juga: Tiongkok dan Korea Selatan Setujui Perubahan di Bawah Pemerintahan Amerika Serikat yang Baru

Abiy, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian tahun lalu, menolak campur tangan Internasional.

Sampai hari ini, pihak TPLF tidak dapat dihubungi untuk dimintai keterangan lebih lanjut terkait masalah tersebut.

Namun, dua diplomat mengatakan, pertempuran berkecamuk di beberapa daerah di luar Mekelle.

Baca Juga: India Resmi Masuk Resesi Menyusul Lonjakan Kasus Covid-19

Sambungan telepon dan internet yang terputus ke wilayah tersebut dan akses ke wilayah tersebut dikontrol dengan ketat, mempersulit untuk memverifikasi klaim oleh semua pihak.

Tidak ada indikasi militer Ethiopia memasuki kota Mekelle.

TPLF sebelumnya mengatakan, sedang menggali parit di sekitar kota namun hal tersebut tidak dapat diverifikasi.

Baca Juga: Kematian Ilmuwan Nuklir Iran Akan Memicu Konfrontasi di Minggu Terakhir Kepemimpinan Donlad Trump

Ribuan orang diyakini telah tewas di tengah serangan udara dan pertempuran darat sejak perang dimulai pada 4 November 2020 lalu.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan, 1,1 juta orang Ethiopia akan membutuhkan bantuan akibat dari konflik tersebut.

Konflik tersebut telah mengirimkan gelombang kejutan melalui Tanduk Afrika di tengah kekhawatiran penyebarannya ke negara-negara tetangga.

Lebih dari 43.000 pengungsi Ethiopia telah melarikan diri ke Sudan. ***

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah