Wah! Vaksin Covid-19 Ilegal Beredar Bebas di Pasar Darknet, Penjual Tak Bisa Diverifikasi

9 Maret 2021, 08:43 WIB
Ilustrasi vaksin Covid-19, ternyata dijual bebas di pasar gelap. /Pixabay/Arek Socha

PR MAJALENGKA - Desember 2020 lalu, FDA (Food and Drug Administration) Amerika Serikat menyetujui bahwa vaksin Pfizer mampu melawan Covid-19.

Dalam waktu 24 jam, salah satu kampanye global terbesar dalam sejarah pun dimulai, seluruh negara di dunia bergegas untuk mengakhiri pandemi Covid-19.

Tetapi patut disayangkan, karena rantai pasokan belum mampu mengimbangi, dan rancangan program vaksinasi yang buruk, sehingga mengakibatkan penundaan yang cukup lama.

Baca Juga: Hari Musik Nasional, 3 Fakta Menarik Lagu Indonesia Raya Ciptaan WR Supratman

Dan tentu saja setiap negara memprioritaskan kelompok individu tertentu yang rentan terhadap Covid-19 untuk vaksinasi.

Lalu bagaimana yang harus dilakukan bagi para pencari dosis vaksin Covid-19 yang putus tersebut?

Dan tentu saja kesempatan terbuka bagi mereka yang ingin mendapatkan keuntungan dari carut marutnya program vaksinasi, mereka beralih ke pasar gelap atau darknet.

Baca Juga: Update Covid-19 Majalengka Pagi Ini: Kasus Aktif Bertambah 31, Total Kematian Menjadi 177

Dikutip PikiranRakyat-Majalengka.com dari Kapersky, kita dapat menemukan apa saja web darknet.

Tidak mengherankan, sejak pandemi Covid-19 merebak, pasar baru telah terbuka yaitu menjual segala sesuatu yang berhubungan dengan Covid-19.

Termasuk alat pelindung diri (APD) dan tentu saja vaksin Covid-19 yang banyak dicari.

Baca Juga: 5 Tumbuhan Bernutrisi Berikut Juga Bisa Ditanam di Rumah Saat Pandemi, Tak Perlu Belanja Lagi!

Saat ditelusuri oleh para ahli Kapersky di lima belas pasar berbeda, mereka menemukan iklan tiga vaksin utama Covid-19 yaitu Pfizer/BioNTech, AstraZeneca, dan Moderna.

Bahkan mereka menemukan iklan vaksin Covid-19 yang belum diverifikasi.

Harga per dosis vaksin berkisar $250 (Rp3 juta) sampai $1.200 (Rp17 juta), rata-rata sekitar $500 (Rp7 juta).

Baca Juga: Prediksi Liga Inggris : Manchester City vs Southampton, Guardiola Tunggu Respon Cepat Timnya

Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa harga semakin meningkat secara signifikan setelah publikasi efektifitas vaksin Moderna dan Pfizer, begitu pula dengan jumlah iklan.

Penjual utamanya berasal dari Prancis, Jerman, Inggris, dan Amerika Serikat dengan komunikasi menggunakan aplikasi chat terinkripsi seperti Telegram dan Wickr.

Penjual sebagian besar meminta bayaran dalam bentuk kripto yaitu bitcoin, dengan pengecualian langka yang menerima mata uang kripto lainnya.

Baca Juga: Pasien Sembuh Lampaui Jumlah Kasus Baru, Simak Data Terbaru Kasus Covid-19 di Indonesia Selasa 9 Maret 2021

Hal itu membuat proses pembayaran sulit untuk dilacak dan melindungi anonimitas penjual.

Banyak penjual yang ditemukan oleh peneliti Kapersky telah melakukan jual beli sebanyak 100 hingga 500 transaksi semacam itu.

Pastinya, ketika mencari produk yang diual secara ilegal, berisiko membuang-buang uang untuk sebuah produk yang tidak pernah terwujud, seperti halnya dosis vaksin.

Namun, berapa banyak penjual yang mendistribusikan vaksin asli masih belum diketahui secara jelas.***

Editor: Asytari Fauziah

Sumber: Kapersky

Tags

Terkini

Terpopuler