Airlangga Pribadi: Lemahnya Pondasi Demokrasi Kita, Mengatur Hukum Sesuai Keinginan Kekuasaan

- 14 Desember 2023, 12:16 WIB
Diskusi Wanustara Institut berkolaborasi dengan Sylva Indonesia dengan tema Problematika dan Kontekstualisasi Demokrasi Indonesia Terkni
Diskusi Wanustara Institut berkolaborasi dengan Sylva Indonesia dengan tema Problematika dan Kontekstualisasi Demokrasi Indonesia Terkni /Rian S Putra/

Baca Juga: Rekomendasi Lagu Tema Ibu, Cocok Dinyanyikan Saat Peringatan Hari Ibu 22 Desember

Ditegaskannya, bahwa Demokrasi menjadi turun dan melemah disaat ini bukan disebabkan oleh tentara dan ancaman senjata namun oleh mereka yang terpilih secara demokratis.

“Ya, kita terima takdir Indonesia sampai saat ini, tapi kita harus berusaha untuk memperkuat apa yang kita masih merasakan dengan keuangan, dengan kekuatan, dengan kesejahteraan, dengan kesejahteraan dan dengan dunia. Nah, kita tidak ada lagi. Saya pikir kalau kita tidak ada lagi, kita harus siap-siap dengan apa yang disebut Indonesia ini. Nah, sekarang itu dipertaruhkan. Apa yang dipertaruhkan? Yang sangat penasaran adalah demokrasi itu menjadi turun. Demokrasi itu menjadi kelemahan, dan untuk menjadikan negara yang sangat negara yang sangat jadi, demokrasi itu bisa juga diusahakan oleh mereka-mereka yang penting di sekitarnya, " tegasnya.

Prof. Tajoeddin menanggapi bahwa tidak ada sistem pemerintahan yang sempurna. Namun demokrasi dinilai sebagai sistem terbaik saat ini.

"Di Indonesia, para akademisi dan pakar politik sudah memiliki pemahaman mendalam mengenai demokrasi beserta kekurangan-kekurangannya.Salah satu tantangan demokrasi Indonesia adalah mudahnya kelompok rentan dimanipulasi suaranya dalam pemilihan. Semakin sedikit suara kelompok menengah yang terpilih, maka kualitas demokrasi juga semakin rendah. Menjaga demokrasi di Indonesia hasil perjuangan panjang. Meski tak sempurna, demokrasi mampu memperbaiki diri sendiri, " jelasnya.

Salah satu perwakilan Seniman, Akbar Yumni menjelaskan tentang peran sejarah atau masa lalu bagi demokrasi masa kini dan masa depan dari segi seni mengenai demokrasi “demos”.

Akbar menegaskan, sebagai seniman percaya masa lalu dapat diubah karena jika hanya berorientasi ke masa depan maka masa lalu hanya korban yang tidak berdaya.

"Diketahui pada awalnya teater dan demokrasi menyatakan berdialog salah satu unsur paling penting. Kemudian Terdapat perbedaan demokrasi terdahulu dengan masa kini yaitu demokrasi di ruang publik bukan domestik. Sebelum sampai ke penutup acara ada sesi tanya jawab antara audience dengan pembicara salah satunya mengenai apa yang harus disikapi untuk kedepannya sebagai generasi Z untuk kedepannya apabila suatu saat menjadi tokoh-tokoh penguasa keadilan di tahun 2045 mendatang dengan memperhatikan kalangan bawah tanpa mengesampingkan status, " papar Akbar.

Diskusi yang digelar Wanustara Institut ini berlangsung dengan hangat dan konstruktif. Beragam nilai, gagasan, dan masukan hadir dari para sarjana untuk upaya meningkatkan kualitas demokrasi Indonesia kedepan.***

Baca Juga: Daftar Top Skor Sementara BRI Liga 1 2023/2024

Halaman:

Editor: Rian S. Putra


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah