PR MAJALENGKA - Rumah tangga memang kerap dengan datangnya permasalahan yang sangat tidak diinginkan.
Namun, sebesar apapun masalahmu, ketika sudah melangsungkan pernikahan tentu masalah tersebut harus dihadapi secara bersama.
Sebenarnya perceraian bukan sebuah solusi ketika diterpa masalah kehidupan maupun masalah tentang pribadi masing-masing.
Baca Juga: 5 Hal yang Menyebabkan Gemetaran ketika Olahraga, Salah Satunya Gula Darah Rendah
Untuk mencapai 'sakinah' dalam sebuah rumah tangga, kedua pasangan tentu mesti saling melengkapi kekurangan pasangan.
Beberapa hal harus kamu ketahui tentang bagaimana keluar dari ketidakbahagiaan tanpa harus bercerai. Sebagaimana dikutip PR Majalengka dari laman yourtango.com.
Hal yang pertama, kamu perlu bertanya pada diri sendiri beberapa pertanyaan sulit tentang pernikahanmu.
Baca Juga: Pfrizer Meminta Persetujuan Untuk Penggunaan Vaksin Darurat Covid 19
Mengapa pernikahan kamu tidak bahagia?
Apakah ketidakpuasan muncul dari dalam pernikahan atau dari luar,?
Sudahkah kita melakukan semua yang kita bisa untuk memprioritaskan pernikahan dan melindunginya dari orang ketiga?
Baca Juga: Kenali Penyebab Risiko Kanker Prostat, Salah Satunya Faktor Keturunan
Apakah kita masih saling menghormati dan peduli?
Bagaimana pernikahan yang tidak bahagia memengaruhimu atau apakah kamu benar-benar berhenti untuk menyadarinya? Sudahkah kita meminta bantuan?
Bahkan jika gagasan untuk kembali ke keintiman emosional dan fisik dengan pasangan, harusnya perceraian tidak harus terjadi.
Baca Juga: Selamat Hari Anak Dunia, Menteri PPPA: Anak adalah Anugerah bagi Dunia
Tetapi kamu harus memutuskan apakah dapat melakukan apa yang perlu dilakukan untuk mendefinisikan ulang pernikahan kalian dengan cara yang layak huni.
Dan jika kalian memiliki anak, pilihan dan komitmen akan menjadi sangat penting.
Mempraktikkan detasemen.
Salah satu cara untuk keluar dari pernikahan yang tidak bahagia tanpa bercerai atau bahkan berpisah adalah dengan mempraktikkan detasemen.
Jika hubungan kalian telah diganggu oleh gangguan kronis dan pertengkaran yang tidak terselesaikan.
Baca Juga: 3 Hal yang Disampaikan Jokowi dalam KTT APEC 2020
Kamu pasti berpikir pelepasan diri dari masalah dapat menciptakan ruang bernapas.
Sebetulnya itu tidak menyelesaikan masalah atau perilaku menjengkelkan yang memicu kemarahan, tetapi memungkinkan kamu untuk tidak terpengaruh oleh konsekuensinya.
Detasemen adalah praktik yang memungkinkan setiap orang menjadi dirinya sendiri tanpa penilaian, kritik, atau harapan untuk berubah.
Dalam arti tertentu, kamu berjalan pergi tanpa pergi.
Kalian bisa mengalihkan fokus Anda ke diri sendiri dan perawatan diri.
Baca Juga: Anak Belajar di Rumah, Berikut Tips Sederhana untuk Orang Tua Agar Tidak Stres
Kamu tidak lagi harus menyeimbangkan keinginan dan kebutuhan sendiri dengan saling ketergantungan dalam pernikahan, kalian dapat menghembuskan napas secara emosional.
Seperti apa detasemen itu dan mengapa kamu memilihnya?
Jika kalian memiliki anak, detasemen dapat menjadi cara yang tepat untuk menjaga "kebersamaan" keluarga, meskipun ada perubahan dalam ekspektasi perkawinan.
Baca Juga: Pilkada 2020 Bawaslu Bekerjasama dengan Kominfo Siap Awasi Konten-Konten dengan Muatan Negatif
Anak-anak bisa melihat orang tua mereka berbicara dengan hormat satu sama lain.
Perdebatan hilang atau setidaknya diminimalkan dan fokus bergeser ke prioritas umum, seperti membesarkan anak dan membuat rumah tangga berjalan lancar.
Bahkan momentum favorit pun bisa dan harus dipertahankan, seperti makan malam bersama, merayakan liburan bersama keluarga, dan pergi ke acara sekolah.
Baca Juga: Kasus Covid 19 Melonjak di Tokyo, Bagaimana Nasib Olimpiade 2020?
Yang penting di sini adalah melepaskan kebutuhan untuk memperbaiki orang lain.
Dengan melakukan itu, kita dapat menemukan kedamaian dan bekerja pada pertumbuhan kita sendiri.***