Hadiri Pembukaan KTT ASEAN, Jokowi Tegaskan Kesatuan ASEAN Masih Terjaga Dengan Baik

- 6 September 2023, 07:39 WIB
Berikut alasan yang dikemukakan terkait tidak masuk nya masalah geopolitik Laut China Selatan dalam KTT ASEAN ke-43.
Berikut alasan yang dikemukakan terkait tidak masuk nya masalah geopolitik Laut China Selatan dalam KTT ASEAN ke-43. /Marawatalk/Antara/

BERITAMAJALENGKA – Selasa, 9 September 2023 Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) resmi membuka Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-43, di Jakarta Convention Center (JCC).

Jokowi di dampingi Iriana menyambut para tamu undangan yang menghadiri acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-43, di Jakarta Convention Center (JCC).

Saat memberikan sambutan, Jokowi menegaskan bahwa kesatuan ASEAN masih tetap terjaga dengan baik hingga saat ini.

Baca Juga: Bey Machmudin Akan Gelar Rapim Perdana Usai Resmi jadi Pj Gubernur Jabar dan Akan Tinjau TPA Sarimukti

Jokowi tegas meemberikan pernyataan tentang kesatuan hubungan ASEAN yang terjaga dengan baik sebab banyak khalayak yang bertanya dan meragukan hal tersebut.

“Apakah ASEAN akan terpecah dan tidak bisa bersatu? Apakah kapal ASEAN mampu terus melaju? Yang Mulia, pada momentum yang baik ini sebagai anggota keluarga dan sebagai Ketua ASEAN saya ingin menegaskan bahwa kesatuan ASEAN sampai dengan saat ini masih terpelihara dengan baik,” terang Jokowi.

Ia menegaskan bahwa perbedaaan pendapat diantara negara ASEAN kerap terjadi namun tetap menjaga kesatuan ASEAN.

Baca Juga: Tingkatkan Minat Baca Anak-anak di Intan Jaya, Satgas Yonif PR 330 Buka Taman Bacaan Darma Putra

Perbedaan pendapat menjadikan demokrasi diantara kesatuan ASEAN semakin berkembang dengan baik dan menunjukkan adanya kesetaraan di kawasan.

“Kesetaraan ini yang saya lihat, sudah menjadi barang langka di dunia. Banyak ketidakadilan, konflik terjadi, akibat tidak adanya kesetaraan, tapi di ASEAN berbeda. Kesetaraan justru menjadi value utama yang kita hormati dan kita junjung bersama dalam bingkai persatuan dan kebersamaan sehingga kapal besar ASEAN dapat terus melaju,” ungkap Jokowi.

Tantangan dunia yang semakin tidak mudah, ASEAN seringkali dijadikan ladang perebutan pengaruh kekuatan-kekuatan besar. Namun ASEAN sepakat tidak akan menjjadikan proksi kekuatan mana pun, dan senantiasa akan bekerja sama dengan semua pihak demi terciptanya perdamaian dan kemakmuran ungkap Jokowi.

Baca Juga: 6 Pondok Pesantren di Majalengka, Salah Satu Pendirinya adalah Pahlawan Nasional Indonesia dari Majalengka

“Jangan jadikan kapal kami, ASEAN sebagai arena rivalitas yang saling menghancurkan tapi jadikanlah kapal ASEAN ini sebagai ladang untuk menumbuhkan kerja sama, untuk menciptakan kemakmuran, menciptakan stabilitas, menciptakan perdamaian yang tidak hanya bagi kawasan, tapi juga bagi dunia,” ungkap Jokowi dalam sambutannya.

“Samudera dunia terlalu luas untuk dilayari seorang diri. Dalam perjalanan kita akan ada kapal-kapal lainnya, kapal-kapal mitra ASEAN. Mari kita bersama mewujudkan kerja sama yang setara dan saling menguntungkan untuk berlayar bersama menuju epicentrum of growth.”

Adriana Elisabeth sebagai salah seorang pengamat ASEAN dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan bahwa dengan berbagai masalah dan konflik di kawasan yang belum mereda seperti halnya krisis Myanmar, pihak ASEAN harus melakukan perubahan agar kesatuan ASEAN bisa tetap terjaga dengan baik.

Baca Juga: Kampung Bebas Narkoba Hadir, Persempit Ruang Penyalahgunaan Barang Haram di Kota Bandung

Dalam pengamatan Adriana untuk melakukan perubahan yang mengarah menuju kesatuan, salah satunya ialah dengan mengubah definisi dari kebijakan non-intervensi itu sendiri.

Dalam pandangannya, prinsip untuk tidak ikut campur masalah domestik suatu negara bisa diterapkan apabila tidak berdampak bagi regional.

“Non-intervensinya bukan dicabut, tapi didefinisi ulang. Prinsipnya tidak ikut campur, kalau itu purely domestik dan secara domestik negara itu bisa menyelesaikannya. Tapi once itu berdampak pada regional karena kasus Myanmar itu kan ada intervensi dari negara ketiga disitu. Itu yang membuat ASEAN jadi tidak stabil,” jelas Adriana.

Baca Juga: Ratusan Warga Kecamatan Cibiru Pilah Sampah Massal, Pemkot Kembali Buat Lubang Tampung Sampah Organik

Menurutnya, jika suatu masalah berdampak secara regional, maka seharusnya dibicarakan dan tidak didiamkan dengan alasan menghormati prinsip non-intervensi.

“Karena kalau didiamkan secara terus-menerus, kita lihat saja sudah berapa lama kasus Myanmar? masih begitu saja. Mungkin justru ASEAN harus membantu Myanmar, bukan permisif tapi membantu bagaimana masalah domestik bisa diatasi bersama oleh ASEAN,” ungkapnya.

Adriana pun menjelaskan, bahwa ASEAN tidak akan pernah bebas dari perebutan pengaruh kekuatan besar di luar kawasan karena potensi ekonomi yang dimiliki.

Baca Juga: KTT ASEAN 2023 Jakarta dihadiri Siwon, Sandiaga Uno Manfaatkan Member Super Junior

Hal ini dibarengi dengan berbagai kepentingan-kepentingan nasional negara anggota ASEAN untuk memperkuat stabilitas ekonomi negaranta masing-masing.

“Kita juga tidak bisa menghindari adanya kontestasi external power di ASEAN, tapi yang bisa menentukan ASEAN mau bagaimana ya ASEAN sendiri. Ada kepentingan masing-masing anggota yang kita tahu berbeda secara politik, ekonomi, tetapi ASEAN ini mengingatkan, semua itu punya komitmen bagaimana region ini tetap aman, damai. Jadi kontestasi itu bisa dilakukan dengan tanpa jangan sampai ada nuansa kekerasan. Jangan sampai ada eksploitasi, konflik terbuka,” ungkapnya.***

Editor: Arief Pratama

Sumber: YouTube Sekretariat Negara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x