Pria Muda Terbunuh Saat Unjuk Rasa, Militer Myanmar Kembali Dapat Tekanan dari Internasional

- 20 Maret 2021, 17:40 WIB
Seorang Pengunjuk Rasa Diamankan oleh Polisi Myanmar.
Seorang Pengunjuk Rasa Diamankan oleh Polisi Myanmar. /Reuters/Stringer

PR MAJALENGKA - Pengunjuk rasa kembali melakukan protes pada Sabtu, 20 Maret 2021.

Dalam protes itu diketahui seorang pria muda terbunuh dengan cara ditembak di sebuah lingkungan utama Kota Yangon ketika situasi saat itu sedang bergejolak.

Salah satu penduduk melaporkan bahwa jumlah korban tewas sejak kudeta 1 Februari 2021 lalu hingga sekarang menjadi 238 korban jiwa.

Baca Juga: Sinopsis dan Link Drama Korea Vincenzo Episode 9: Kejutan untuk Song Joong Ki, Jeon Yeo Bin Diculik?

Pertikaian yang terjadi antara pengunjuk rasa dan militer yang sebabkan pertumpahan darah dari pihak pengunjuk rasa tidak memadamkan kebencian publik atas penggulingan pemerintah terpilih, Aung San Suu Kyi.

"Kami melakukan protes saat dimana tidak ada polisi dan militer, kemudian kami mendengar mereka datang, kami segera bubar," kata Kyaw Min Htike dikutip PikiranRakyat-Majalengka.com dari Reuters.

Htike mengatakan bahwa tidak ingin kehilangan satu pun rekan pengunjuk rasa, dan akan terus melakukan protes semampunya, sampai revolusi dapat mereka raih.

Baca Juga: Sebelum Dinyatakan Positif Covid-19, PSSI Sebut Shin Tae-yong Mengeluh Tak Enak Badan

Ketika malam tiba, beberapa kelompok berkumpul dengan menyalakan sebatang lilin dan plakat.

Plakat tersebut bertuliskan pesan "Kita tidak akan pernah berhenti sampai kita mendapat demokrasi" yang dipasang di jalan.

Puluhan pengunjuk rasa saat itu berkumpul di kota kedua, Mandalay, terdapat beberapa pengunjuk rasa mengalami luka-luka ketika sebuah kendaraan menabrak mereka saat polisi menembakkan peluru karet.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 20 Maret 2021: Mama Rosa vs Aldebara, Siapa yang Lebih Dulu Membongkar Rahasia?

Menurut informasi, tidak ada kejelasan mengapa kendaran tersebut menabrak para pengunjuk rasa saat itu.

Diketahui juga ada rangkaian protes oleh pengunjuk rasa di kota-kota, seperti Kyaukme dan Hsipaw di timur laut.

Kemudian ada Kawlin di utara, Hpa-an dan Myawaddy di timur, Labutta di delta sungai Irrawaddy, dan Myeik di selatan serta pusat kota Yay Oo.

Baca Juga: Daftar Zodiak Perempuan yang Paling Cepat Jatuh Cinta, Pisces Ratunya Merayu Lawan Jenis

Sumber lain melaporkan bahwa ratusan orang saat itu berkumpul di kota Monywa dan melakukan pembakaran terhadap konstitusi tahun 2008.

Rancangan konstitusi itu di bawah pengawasan militer untuk membatasi kekuasaan warga sipil terpilih.

Pihak internasional, yang diwakilkan oleh Sekjen PBB Antonio Guterres mengutuk keras tindakan brutal yang dilakukan militer Myanmar dan tindakan itu terus berlanjut.

Baca Juga: Gonzalo Sosa Menunjukkan Potensi Luar Biasa, Diincar Barcelona Hingga Man Utd

Guterres mengatakan bahwa tanggapan yang tegas dan terpadu sangat dibutuhkan.

Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat menyetujui undang-undang yang mengutuk kudeta Militer Myanmar.

Setiap anggota parlemen mengecam perilaku para militer yang semakin keras dan masif terhadap pengunjuk rasa.

Baca Juga: Rapat Bareng MUI Sleman, dr. Tirta Sebut Optimis Soal Pelaksanaan Salat Tarawih saat Ramadhan

Saat ini pihak berwenang melakukan pembatasan akses layanan internet di seluruh Myanmar, membuat informasi yang beredar semakin sulit untuk diverifikasi.

Raksasa sosial media Amerika Serikat, Facebook telah memblokir halaman terkait dengan militer Myanmar karena melanggar pedoman dan juga digunakan untuk menghasut tindakan kekerasan.***

Editor: Ghassan Faikar Dedi

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah