Demi Indonesia Buka Hubungan Diplomatik dengan Israel, Amerika Serikat Tawarkan Milyaran Dollar!

- 23 Desember 2020, 22:22 WIB
Bendera Amerika Serikat. /Pixabay/marcovannozzi
Bendera Amerika Serikat. /Pixabay/marcovannozzi /

PR MAJALENGKA - Di tengah situasi sulit dampak pandemi covid-19, Indonesia justru bisa mendapatkan milyaran dollar Amerika.

Amerika Serikat secara terang-terangan akan memberikan milyaran dollar untuk Indonesia apabila bersedia bergabung dengan Presiden Donald Trump dan Israel.

Tujuan Donal Trump adalah membuat negara-negara Muslim, membangun hubungan dengan Israel, menurut seorang pejabat AS.

Baca Juga: Ungkap 23 Kasus Penyalahgunaan Narkoba Polresta Cirebon Berhasil Bekuk 28 Tersangka

Dikutip Majalengka.pikiran-rakyat.com dari Bloomberg.com, the U.S. International Development Finance Corporation yaitu, sebuah badan pemerintah yang berfokus untuk berinvestasi di luar negeri dapat melipatgandakan $1 miliar, jika Indonesia mau mengembangkan hubungan dengan Israel.

Hal ini diucapkan langsung oleh Chief Executive Officer Development Finance Corporation (DFC) Adam Boehler dalam sebuah wawancara di Hotel King David di Yerusalem.

Adam Boehler mengatakan, kalau penawaran tersebut masih dalam pembicaraan.

Baca Juga: Sebulan Sebelum Dilantik, Ternyata Gus Yaqut Sudah Diramal Jadi Menteri Agama

“Jika mereka siap, maka kami akan dengan senang hati mendukung secara finansial lebih dari apa yang kami lakukan,” ucap Adam Boehler.

Dia menyampaikan bahwa hal yang wajar jika oraganisasinya memberikan pendanaan untuk Indonesia yang merupakan negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia.

Dirinya mengaku bisa mendorong pendanaan satu atau dua miliar dolar lagi.

Baca Juga: Juventus vs Fiorentina, Kartu Merah dan Bunuh Diri Buat Juventus Alami Kekalahan Pertama di Serie A

Para pemimpin Amerika dan Israel mengatakan mereka mengharapkan lebih banyak negara untuk bergabung dalam perjanjian normalisasi dengan Israel.

Hal tersebut akan diumumkan dalam beberapa bulan terakhir, termasuk dengan Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan dan Maroko yang sudah bergabung lebih dahulu.

AS juga berharap Oman dan Arab Saudi akan bergabung dalam perjaanjian normalisasi dengan Israel.

Baca Juga: Amerika Tawarkan Miliaran Dolar Jika Indonesia Mau Buka Hubungan dengan Israel

Meskipun Adam Boehler mengatakan pendanaan DFC untuk kedua negara tersebut akan dibatasi, karena organisasi tersebut tidak diizinkan berinvestasi langsung di negara-negara berpenghasilan tinggi.

Berada di Maroko, Adam Boehler mengatakan dia akan mengumumkan pembukaan cabang Prosper Africa pertama di Afrika Utara, sebuah inisiatif untuk meningkatkan bisnis antara AS dan Afrika.

Dia juga mengatakan agensinya kemungkinan akan menjadi bagian dari sindikat hutang untuk membantu membiayai penjualan pelabuhan terbesar Israel di kota Haifa utara.

Baca Juga: 5 Tanda Umum Kemandulan Pada Pria, Salah Satunya Perubahan Gairah Seksual

Perusahaan Amerika dan perusahaan Emirat telah menunjukkan minat dalam tender tersebut.

Sebagai bagian dari kesepakatan normalisasi, Adam Boehler membantu menghasilkan $3 miliar bersama Israel-Emirat-AS.

Dana tersebut berbasis di Yerusalem dan untuk berinvestasi regional.

Baca Juga: 7 Profesi Meningkatkan Resiko Bertambahnya Berat Badan, Salah Satunya Menjadi Guru

Kepala dana tersebut, penasihat senior Kedutaan Besar AS Aryeh Lightstone, mengatakan sejauh ini AS sedang melakukan uji tuntas pada lebih dari 10 kesepakatan potensial.

Salah satunya adalah mengenai pipa minyak di Israel dan masih banyak lagi, karena AS sedang mencari cara untuk memperluas ekspor negara itu ke Asia Tengah atau Eropa.

Ini semua dilakukan untuk melawan pengaruh Tiongkok dan Rusia.

Baca Juga: Update Covid-19 Nasional Rabu 23 Desember 2020, Pasien Bertambah Lebih dari 7.000 Kasus

Prioritas sebelum pemerintahan Trump keluar dari kantor bulan depan adalah membantu negara-negara Amerika Latin yang berhutang miliaran ke Tiongkok.

Bantuan tersebut untuk proyek infrastruktur membiayai kembali hutang mereka.

“Ini adalah kesempatan bagi mereka untuk keluar dari pengaruh Tiongkok,” kata Adam Boehler.

Semua ini kedepannya akan bergantung pada kebijakan-kebijakan Presiden terpilih Joe Biden, setelah turunnya Donald Trump.***

Editor: Asytari Fauziah

Sumber: Bloomberg


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah