PR MAJALENGKA - Jerman kini mengalami kasus Covid-19 gelombang kedua.
Kasus Covid-19 di Jerman mengalami peningkatan yang cukup tajam.
Pemerintah Jerman pun mulai meberlakukan lockdown di semua wilayah negara guna menekan penambahan kasus Covdi-19.
Baca Juga: Semakin Panas, Inilah Pengaruh Persaingan Amerika Serikat dan Tiongkok di Kawasan Pasifik
Dikutip Majalengka.Pikiran-rakyat.com dari Reuters, Jerman mulai memberlakukan lockdown pada Rabu 16 Desember 2020.
Upaya tersebut bertujuan untuk mengendalikan kasus virus korona yang melonjak tajam.
Total keseluruhan kematian pasien Covid-19 di Jerman melonjak hingga 952. Jumlah ini adalah angka tertinggi selama masa pandemi.
Baca Juga: Pemerintah Korea Selatan Berusaha Peroleh Vaksin Covid-19 di Kuartal Pertama Tahun 2021
Sebelumnya, angka tertinggi mencapai 598 pada hari Jumat 11 Desember 2020.
Ketakutan bahwa pandemi Covid-19 semakin tidak terkendali pun meningkat.
Jerman meminta para Gubernur di negara bagian untuk mengumumkan lockdown hingga 10 Januari 2021 mendatang.
Baca Juga: Terjadi Lonjakan Kasus Covid-19, Korea Selatan dan Jepang Perketat Pembatasan Sosial
Adanya kebijakan tersebut membuat toko-toko dan sekolah akan tutup mulai Rabu 16 Desember 2020.
Dalam rangka pengetatan sebelum perayaan Natal, pada November 2020 telah diberlakukan penutupan bar dan restoran.
Akan tetapi, kebijakan ini gagal menahan gelombang kedua pandemi Covid-19.
Baca Juga: Wakil Gubernur Kabul dan sang Asisten Dinyatakan Tewas Usai Adanya Serangan Bom di Mobilnya
Padahal, Jerman berhasil dibanding negara Eropa lainnya dalam mengendalikan virus corona pada gelombang pertama, tetapi sangat berbeda dengan sekarang.
Robert Koch Institute menyebut, jumlah kasus virus corona yang terkonfirmasi sebanyak 1.379.238.
Dari jumlah tersebut, korban meninggal dunia mencapai angka 23.427.
Baca Juga: Jerman Berlakukan Lockdown yang Ketat dan Toko-toko akan Ditutup, Mungkin Diperpanjang hingga Maret
Menteri Kesehatan Jens Spahn mengatakan, Jerman harus mulai memberikan suntikan vaksin virus corona 24 hingga 72 jam.
Hal ini dilakukan setelah vaksin oleh BioNTech dan Pfizer mendapat persetujuan UE dan dapat segera dimulai setelah Natal.
Otoritas Eropa diperkirakan akan menyetujui vaksin tersebut minggu depan. ***