Lockdown Segera Berakhir, Pemerintah Inggris Beralih ke Pembatasan Regional yang Ketat

- 23 November 2020, 22:11 WIB
Ilustrasi lockdown.*
Ilustrasi lockdown.* /Pixabay.com/Queven

PR MAJALENGKA – Saat ini, Inggris menempati posisi ke-7 sebagai negara yang memiliki kasus Covid-19 terbanyak di dunia.

Dikutip Majalengka.pikiran-rakyat.com dari Worldometers, pasien Covid-19 di Inggris telah mencapai 1.512.045 orang dengan kasus per harinya mencapai 18.000 orang.

Sedangkan angka kematian, karena Covid-19 telah menembus 55.024 dan per harinya sekitar 398 orang meninggal dunia.

Baca Juga: Demi Mendorong Banyak Kelahiran, Tiongkok Akan Membuat Kebijakan Baru

Lantaran terus kasus Covid-19 terus bertambah, Inggris tengah memberlakukan sistem lockdown sejak awal November lalu dan akan berakhir pada 2 Desember 2020 mendatang.

Dilansir Majalengka.pikiran-rakyat.com dari Aljazeera, sistem lockdown diajukan oleh Perdana Menteri Boris Johnson, karena kasus Covid-19 di Inggris yang tidak terkendali.

Adanya sistem lockdown yang diberlakukan, membuat orang-orang bekerja di rumah, toko-toko ditutup, bar dan restoran pun terpaksa ditutup.

Baca Juga: Daniil Medvedev Sukses Kalahkan Dominic Thiem untuk Menjuarai ATP Finals

“Saya sangat berharap dapat membuat negara ini berjalan kembali, menjalankan bisnis, serta membuka toko kembali menjelang Natal,” ujar Johnson.

Namun, beberapa anggota Partai Konservatif tidak setuju dengan sistem lockdown.

Hal ini dikarenakan kebijakan ini akan berdampak pada aspek ekonomi, kebebasan masyarakat, serta kesehatan mental.

Baca Juga: Sekjen PBB Mengingatkan Bahwa Dunia Berada di Jurang Kehancuran Finansial Akibat Covid-19

Setelah berjalan selama 3 minggu, Inggris akan mengakhiri sistem lockdown pada 2 Desember nanti dengan beralih ke pembatasan regional berjenjang lebih ketat dari sebelumnya untuk mencegah laju Covid-19.

“Perdana menteri dan penasihat ilmiahnya masih meyakini jika virus itu masih ada dan tanpa batasan regional. Virus dapat lepas kendali lagi sebelum (adanya) vaksin,” ujar juru bicara pemerintahan yang dikuti Majalengka.pikiran-rakyat.com dari Reuters.

Sebelum lockdown terbaru diberlakukan, Inggris telah membuat tiga tingkatan langkah dengan tingkatan terberat yang dilakukan di Inggris Utara.

Baca Juga: Mulai Membaik, Rodrigo Duterte Izinkan Tenaga Medis Filipina Bekerja Ke Luar Negeri

Di wilayah tersebut, ruang gerak dibatasi dan pub terpaksa ditutup kecuali jika mereka menjual makanan dalam jumlah besar.

Pada Senin 23 November 2020, Perdana Menteri akan membahas mengenai Rencana Musim Dingin di masa pandemi Covid-19.

Sebab, akan ada perayaan keagamaan, rencananya juga akan membahas detail tentang interaksi saat Natal berlangsung.

Baca Juga: Iran Memperketat Pembatasan Kegiatan Sosial Secara Nasional Setelah Alami Lonjakan Kasus Covid-19

Kemungkinan langkah yang diambil Johnson untuk memberlakukan pembatasan yang ketat akan mendapatkan perlawanan keras dari beberapa anggota parlemen.

Mereka menentang, karena tidak mampu untuk menutup toko dan perhotelan lagi setelah angka pengangguran dan hutang melonjak, serta output ekonomi yang anjlok 20 persen pada kuartal kedua.

Sedangkan dari pihak pemerintah berpendapat, jika kegiatan ekonomi terus dibiarkan berjalan maka akan menambah kasus Covid-19 daan akan membanjiri rumah sakit.***

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: Reuters Aljazeera worldometers


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah