Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mengutuk Keras Peristiwa Berdarah di Myanmar

28 Maret 2021, 19:05 WIB
Menlu AS Antony Blinken mengutuk keras peristiwa berdarah di Myanmar.* /Foto: Reuters/CARLOS BARRIA/

PR MAJALENGKA - Kekerasan dan pembunuhan yang dilakukan oleh militer Myanmar terhadap lebih dari seratus pengunjuk rasa merupakan peristiwa paling berdarah di Myanmar sejak kudeta di awal Ferbuari 2021 lalu.

Peristiwa berdarah tersebut menarik kecaman serta kemarahan dari seluruh dunia, sehingga menyebabkan seruan tanggapan global yang semakin masif dari pihak internasional.

Tak terkecuali, Menteri Luar Negeri  Amerika Serikat, Antony Blinken, mengutuk keras junta tersebut, dengan mengatakan bahwa Washington "ngeri" ketika peristiwa berdarah yang menyebabkan kematian pada Sabtu, 27 Maret 2021.

Baca Juga: Polisi Duga 2 Orang Sebagai Pelaku Bom di Gereja Katedral Makassar, 14 Orang jadi Korban

"Saya menyampaikan belasungkawa yang terdalam kepada keluarga para korban. Orang-orang Burma yang berani menolak pemerintahan teror militer," katanya dikutip PikiranRakyat-Majalengka.com dari The Guardian.

Pembunuhan yang dilakukan militer Myanmar menambah daftar panjang jumlah korban tewas sejak awal kudeta yang bertambah menjadi lebih dari 440 korban jiwa.

Tom Andrews, reporter khusus PBB, menyampaikan bahwa sudah waktunya bagi dunia untuk mengambil tindakan, diawali terlebih dulu melalui dewan keamanan PBB, setelah itu melakukan pertemuan puncak darurat internasional.

Baca Juga: Robert Alberts Ungkap Peluang Farshad Noor Tampil Saat Persib Bandung Lawan Persita Tangerang

Tom menambahkan, junta militer Myanmar sebaiknya dicegah untuk mendapatkan akses pendanaan, seperti pendapatannya dari sumber minyak dan gas, begitu juga dari akses memperoleh senjata.

"Rakyat Myanmar membutuhkan dukungan dunia. Kata-kata saja tidak cukup. Sudah lewat untuk tindakan yang kuat dan terkoordinasi," katanya.

Kritik lain muncul dari pejabat tinggi militer AS dan sekutunya dengan mengeluarkan sebuah surat pernyataan yang mengutuk pasukan keamanan Myanmar.

Baca Juga: Pesawat CN235 Buatan Indonesia Laris di Pasar Internasional, Menhan: PT DI Kebanggaan Indonesia

"Sebagai kepala pertahanan, kami mengutuk penggunaan kekuatan mematikan terhadap orang-orang tak bersenjata oleh angkatan bersenjata Myanmar dan dinas keamanan terkait," bunyi dari pernyataan itu.

Surat pernyataan tersebut kemudian ditandatangani oleh kedua belas kepala pertahanan dari setiap perwakilan negara-negara dunia.

Mulai dari Australia, Kanada, Denmark, Jerman, Yunani, Italia, Jepang, Belanda, Selandia Baru, Korea Selatan, Inggris, dan Amerika Serikat.

Baca Juga: Menag Yaqut Mengutuk Peristiwa Ledakan Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar

Pernyataan bersama yang ditandatangani oleh para panglima militer merupakan pernyataan langka yajg dikeluarkan oleh komandan militer senior dari negara-negara di dunia, termasuk di Asia dan Eropa.

Marisa Payne, Menteri luar negeri Australia, tidak luput mengutuk dengan keras tindakan semena-mena militer Myanmar terhadap masyarakt sipil yang sebagian termasuk kaum muda dan anak-anak.

Payne menambahkan, jika pihaknya mendesak pasukan militer Myanmar untuk menahan diri, dengan menegakkan keadilan dan hukum, mengizinkan masyarakat Myanmar menggunakan hak untuk melakukan protes secara damai.

Baca Juga: Soal Bom di Makassar, Gus Yaqut Kutuk Aksi Pelaku hingga Sampaikan Imbauan untuk Tokoh Agama

Jaringan Hak Asai Manusia Burma yang berbasis di London, bereaksi atas kekerasan pada Sabtu, 27 Maret 2021 dengan menyerukan kepada komunitas internasional agar memberikan sanksi ekonomi terhadap Myanmar.***

 

Editor: Thytha Surya Swastika

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler