Harga Minyak Capai Level Tertinggi Sejak 8 Bulan Terakhir, Ternyata Ini Penyebabnya

26 November 2020, 13:24 WIB
Ilustrasi pengeboran.* /pexels/Zukiman Mohamad

PR MAJALENGKA – Harga minyak naik hampir 2 persen ke level tertinggi dalam lebih dari delapan bulan pada Rabu 25 November 2020.

Hal tersebut karena data yang menunjukkan penurunan mengejutkan dalam persediaan minyak mentah mingguan Amerika Serikat (AS).

Kenaikan harga minyak terjadi karena didorong oleh harapan bahwa vaksin covid-19 akan meningkatkan permintaan bahan bakar.

Baca Juga: Jerman Perpanjang Kebijakan Lockdown sampai 20 Desember 2020

Minyak mentah Brent naik 75 sen, atau 1,6 persen menjadi 48,61 dolar Amerika Serikat per barel atau Rp687 ribu dengan kurs Rp14.133, angka ini merupakan yang tertinggi sejak awal Maret.

Minyak mentah West Texas Intermediate AS juga ditutup pada level tertinggi sejak awal Maret, naik 80 sen atau 1,8 persen menjadi 45,71 dolar Amerika Serikat setara dengan Rp646 ribu.

Dikutip Majalengka.Pikiran-Rakyat.com dari Reuters.com, kedua benchmark, yang naik 4 persen pada hari Selasa 24 November 2020, naik untuk sesi keempat berturut-turut.

Baca Juga: Sedikitnya 14 Orang Tewas Akibat Dua Ledakan Bom di Kota Bamiyan Afghanistan

Persediaan minyak mentah Amerika Serikat turun 754 ribu barel pekan lalu, data itu ditunjukkan oleh pemerintah.

Hal itu mengejutkan analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan kenaikan 127 ribu barel.

Persediaan Cushing, Oklahoma yang merupakan titik pengiriman untuk WTI, turun 1,7 juta barel.

Baca Juga: Arkeolog Temukan 2 Fosil di bekas Letusan Gunung Vesuvius Kota Pompeii

“Ada drawdown yang lumayan di Cushing, jadi itu mendukung. Itu mungkin aspek yang paling bullish dari laporan ini,” tutur John Kilduff, partner di Again Capital LLC di New York.

Namun, kekhawatiran permintaan membatasi kenaikan harga karena permintaan bensin mingguan Amerika Serikat turun 128 ribu barel per hari, terendah sejak Juni 2020.

Pada hari Senin 23 November 2020, investor berharap mendapat dorongan karena AstraZeneca mengatakan vaksin covid-19 buatan mereka, bisa efektif hingga 90 persen.

Baca Juga: Merek Pakaian di Brazil Jon Cotre Hapus Iklan yang Menggunakan Gambar Lord Ganesh

“Harga minyak mentah diperdagangkan pada level tertinggi sejak awal Maret, didukung oleh sentimen pasar yang positif karena ada berita vaksin dan permintaan minyak yang kuat di Asia,” terang analis minyak UBS, Giovanni Staunovo.

“Kami mempertahankan prospek bullish kami untuk tahun depan, dan menargetkan Brent untuk mencapai 60 dolar Amerika Serikat per barel pada akhir 2021,” imbuhnya.

Melemahnya dolar Amerika Serikat juga didukung harga minyak, membuat minyak lebih murah untuk pembeli yang memegang mata uang lainnya.

Baca Juga: Cuitan Trump Ditandai, Twitter Buat Kebijakan Agar Tak ada Informasi Menyesatkan

“Depresiasi dolar AS baru-baru ini telah membantu meredam dampak lonjakan harga minyak bagi beberapa konsumen energi terbesar dunia,” ujar Stephen Brennock dari broker PVM.

Brent telah bergerak ke belakang, suatu kondisi struktur pasar ketika minyak untuk pengiriman segera lebih mahal daripada pasokan nanti.

Kontrak berjangka Brent untuk pengiriman Februari diperdagangkan sebanyak 14 sen di atas kontrak Januari, tertinggi sejak Juli yang sebelumnya ditetapkan pada premium 8 sen.

Baca Juga: Mesin Tidak Berfungsi, Pesawat Asal Singapura Mendarat Darurat di Jalan Tol Johor

Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, cenderung menunda kenaikan produksi yang direncanakan tahun depan.

Meskipun ada kenaikan harga, menurut tiga sumber yang dekat dengan OPEC mengatakan itu. ***

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler