Dengan bocornya data pengguna oleh oknum tak bertanggungjawab, menyebabkan banyaknya penipuan yang mengatasnamakan data pengguna.
"Sebagai hasil dari tindakan yang kami ambil, kami yakin bahwa masalah spesifik yang memungkinkan mereka untuk menghapus data ini pada 2019 tidak ada lagi," ujar Mike Clark, direktur manajemen Facebook dikutip PikiranRakyat-Majalengka.com dari Cnet.
Baca Juga: 6 Fakta Rendi Jhon Pratama, Pemeran Ricky di Ikatan Cinta yang Meresahkan Penonton
Diketahui, informasi pengguna Facebook seperti nama, tanggal lahir, dan nomor telepon, terpampang disebuah situs web yang dapat diperjualbelikan oleh para hacker.
Kumpulan 530 juta datayang bocor di situs web tersebut memuat data pengguna Facebook dari 106 negara di dunia.
Meskipun data pengguna telah berusia bertahun-tahun lamanya, tetapi masih mungkin dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi berharga yang dibutuhkan oleh para scrapper.
Baca Juga: The Falcon and the Winter Soldier: Emily VanCamp Ungkap Hubungan Sharon Carter dan Steve Rogers
Facebook menyadari kerentanan pada sistem aplikasi mereka karena kemampuan sistem pada Facebook yang dapat mengimpor kontak dari ponsel pengguna.
Data pengguna yang bocor sebelumnya telah dilaporkan pada Januari 2019, ketika pemberitahuan muncul bahwa data dijual melalui platform Telegram.
Menurut informasi terbaru, Facebook masih belum mau berkomentar tentang pengguna yang terdampak akibat kebocoran data.