"Nggak, jadi begini, saya pensiun, pensiunannya itu cuma Rp2 juta sampai Rp3 juta. Pimpinan saya kan dapatnya Rp3 juta. Ya nggak cukup, ya saya bisnis dong," ungkap Fahri Hamzah.
Baca Juga: Proyeksi Indonesia Tahun 2045, Menkeu Sri Mulyani: Dibutuhkan Infrastruktur dan SDM yang Baik
"Bisnisnya di mana? Ya di kampung saya. Ya di sana ada masyarakat yang selama ini, saya nggak pernah dagang. Sebagai seorang pejabat, saya anti dagang, bersih saya nggak datang,"
"Ya sudah saya lihat apa yang membuat masyarakat happy. Ya itu, mereka ingin menangkap benur itu mau dijual langsung," lanjut Fahri Hamzah.
Mantan Wakil Ketua DPR RI itu lantas menjelaskan seperti apa harga benur.
Baca Juga: Pancasila Harus Menjadi Penuntun Pembangunan Nasional, BPIP: Sangat Mendesak untuk Direalisasikan
"Peraturan mengatakan, harga di nelayan itu nggak boleh di bawah Rp5.000 tapi begitu dicek-cek harganya di Internasional itu di bawah 1 dolar yang bisanya cuma Rp10.000 atau Rp11.000,"
"Mengetahui rantai biaya atau cost of production di tubuh pemerintah aja bayar karantina, bayar cukai, bayar cargo dan lain-lain itu kita hitung-hitung warna berubah harga jatuh dan sebagainya nggak cukup,"
"Makanya saya keputusannya berhenti," jelasnya.
Baca Juga: Erick Thohir Ungkap 2 Kelompok Penerima Vaksin Covid-19 dari Pemerintah