Drone Bawah Laut Diidentifikasi BPPT Sebagai Seaglider, Ini Penjelasannya

5 Januari 2021, 17:50 WIB
Konfrensi pers KASAL. /Antaranews.com

PR MAJALENGKA - Banyak orang sempat terkejut dengan temuan benda asing oleh nelayan di Sulawesi yang diduga sebagai drone.

Berdasarkan dari pengakuan nelayan tersebut segera melaporkan benda asing temuannya itu ke Koramil setempat.

Setelah ditemukan benda tersebut pihak TNI segera melakukan koordinasi dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Baca Juga: 18 Penyakit Penyerta yang Tetap Bisa Mendapatkan Vaksin Covid-19, Berikut Daftarnya

BPPT menyampaikan, bahwa benda tersebut adalah seaglider yang digunakan untuk pengumpulan data oseanografi secara otonom dan berguna untuk mendukung riset bawah permukaan laut.

Dikutip Majalengka.pikiran-rakyat.com dari tayangan yang diunggah kanal Youtube TvOneNews pada 2 Januari 2021, Wakil Ketua DPR RI, Azis Syamsuddin menyampaikan, kalau dirinya akan melakukan pembicaraan lebih lanjut kepada Menkopolhukam dan TNI.

Hal ini berguna untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai substansi apa yang terkandung dalam drone tersebut, karena ini merupakan kesekian kalinya terjadi.

Baca Juga: PSG akan Datangkan 3 Pemain Sepakbola Top, Salah Satunya Messi

Wakil Ketua DPR RI itu juga berharap, pemerintah untuk serius dan mengusut kepemilikan dari alat tersebut.

“Kami dari jajaran parlemen mengharapkan pemerintah untuk konsen lalu mengusut tuntas siapa pemiliknya dan konten dari alat, sehingga untuk menjaga kehormatan dan kedaulatan NKRI,” ujarnya.

Dikutip Majalengka.pikiran-rakyat.com dari Antaranews.com, Deputi Kepala Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR) BPPT, Wahyu W Pandoe memastikan hal tersebut.

Baca Juga: Kode Redeem Mobile Legend 5 Januari 2021, Klaim Kode dari Moonton dan Dapatkan Hadiahnya

Data-data yang dikumpulkan dari alat tersebut adalah data di bawah permukaan laut seperti kedalaman, suhu, dan arus.

Dari foto-foto yang terlihat penemuan seaglider tersebut, Wahyu menyampaikan payload hanya berupa sensor-sensor oseanografi dan akustik, seperti sensor alat penelitian laut CTD, atau ADCP.

“Mungkin setelah dibongkar bisa kita identifikasi sensor apa saja yang terpasang,” ujar Wahyu.

Baca Juga: Mensos Tri Rismaharini Turun ke Jalan, Beri Tempat Tinggal pada PPKS

Data-data tersebut untuk penelitian memang sangat diperlukan sebagai pemantau perubahan parameter salinitas, suhu dan densitas baik vertikal atau horizontal.

Data tersebut juga bisa berkaitan dengan Arus Lintas Indonesia yang terkait denga perubahan iklam, daerah penangkapan ikan, dan lainya.

Namun, alat ini juga memang dapat berguna sebagai kebutuhan militer baik itu pertahanan ataupun lainnya.

Baca Juga: Harga Kedelai Naik, Anggota Komisi VI DPR Sebut Itu Kado Pahit

Wahyu menegaskan, kalau data perubahan temperatur terhadap kedalam di lapisan antara permukaan hingga 200 meter sangat bermanfaat untuk pergerakan kapal selam di bawah thermocline.

Daerah itu dikenal dengan istilah shadow zone dan apabila dimanfaatkan, maka pergerakan kapal selam akan sulit terdeteksi.

Alat seaglider ini memang bisa digunakan lebih efektif ketika menghadapi arus dan diarahkan dengan mengatur sudut kemiringan dari flapnya.

Baca Juga: Nyanyikan Lagu Perfect Milik Ed Sheeran, Arya Saloka Lupa Lirik

Umumnya alat ini tidak punya propulsi dan bekerja sinking-floating-nya hanya berdasarkan daya apung yang dapat diatur dari motor dan repciprocating hydraulic pump.

“Versi terkini ada juga yang menggunakan propulsi agar lebih efisien dalam mengarahkan gerakan glider ini,” kata Wahyu.

Alat tersebut dikembangkan di negara-negara maju sejak awal tahun 2000 dan saat ini sudah banyak yang ikut mengemabangkan peralatan itu termasuk Tiongkok.***

Editor: Asytari Fauziah

Sumber: ANTARA Youtube tvOneNews

Tags

Terkini

Terpopuler