mbah Buyut mendetak dengan tergopoh-gopoh, seakan mencari sesuatu,
mbah Buyut mengambil kawaturih, kemudian bertanya siapa yang punya, Nur mendekat, menjelaskan semuanya, ekspresi tenang mbah Buyut, tidak terlihat sama sekali.
kemudian ia menatap Ayu, helaan nafas berat mbah Buyut keluarkan, kemudian ia, meminta Prabu membuatkan kopi hitam
mbah Buyut duduk sembari berpikir, banyak pertanyaan yang ia ajukan mulai, sejak kapan ada benda seperti ini disini, lalu bagaimana bisa selendang itu di miliki Ayu,
Nur menceritakan semuanya,
saat menyesap kopi itu, mbah Buyut berujar "kancamu, keblubuk angkarah"
(temanmu terjebak dalam pusaran)
"trus, yok nopo mbah?" (lalu bagaimana mbah)
"siji kancamu wes ketemu, tapi sukmane gorong, tenang sek, yo" (satu temanmu sudah ketemu lagi, tapi rohnya belum, sabar ya.