Menyongsong mentari di timur pagi
Udara membelai memanjakan diri
Pasukan kuli berkarya di meja tak berkaki
Menciptakan bangunan penuh inovasi
Perlahan tapi pasti
Batu bara dirangkainya dengan hati-hati
Dari dasar tembok yang rendah
Hingga membentuk tembok yang tinggi dan gagah
Dari bawah hingga bagian atap
Para kuli bekerja secara bertahap
Semakin hari karyanya semakin bertingkat
Tingkatannya berjulang tinggi dan kuat
Kuli bangunan, analogi untuk bertingkat
Tingkatkan terus kebaikan dengan penuh semangat
Bertingkat, cara kerja kuli bangunan
Meningkat, cara kerja diriku pada kebaikan di bulan Ramadhan
Dahaga
Karya: Krisna Tama
Angin menghembus-eratkan pelukan
Pelupuk mata jingga menari dalam bayang-bayang kelam
Kembali hadir sebagai teman, sanak saudara layaknya musuh bebuyutan
Sajak-sajak loka kian hari liar bercengkrama lepas
Mencita ego, meluapkan ikhlas
Hanya tersisa dua cangkang kerang
Terpecah lalu menusuk hingga mengerang
Hebat bukan berarti kalah
Hanya sesal, sungguh kesal
Kini kepiting-kepiting lapar itu tersungkur, sujud
Hingga masa tersadar lama, menikmati sisa-sisa bau tanah
Yang menjelma menjadi artefak
Berpikir keras, kembali bertindak waras
Pintu gerbang ampunan terbuka lebar, pacuan waktu tak lagi segila dulu
Kau katakan “Detik ini aku berjanji, sucinya bulan Ramadhan ini akan menjadi saksi”
Kembali, sendiri namun jauh dari kata sunyi
Ditemani ribuan bintang dan suara jangkrik menembang
Berniat akan bertaubat dengan maksud akan taat
Di bulan berkah,
Bulan Ramadhan, yang
Dimulai hari ini
Itulah 4 puisi penuh makna yang bisa dijadikan referensi lomba pesantren kilat Ramadhan 1445 Hijriah.***