Sebanyak 10 Polisi di Jerman Ditangkap Menyusul Penemuan Grup Obrolan neo Nazi

- 25 November 2020, 12:00 WIB
Ilustrasi aplikasi WhatsApp.
Ilustrasi aplikasi WhatsApp. /Pixabay/Alfredo Rivera

PR MAJALENGKA - Sebanyak 10 petugas polisi Jerman telah ditangguhkan menyusul penemuan grup obrolan online neo Nazi.

Grup ini digunakan untuk berbagi konten sayap kanan di Rhine-Westphalia Utara, hanya kasus terbaru yang muncul di antara pasukan polisi di negara bagian terpadat di Jerman.

Pesan-pesan yang disebarluaskan di grup WhatsApp tersebut di dalamnya terdapat 15 anggota.

Baca Juga: Akhirnya Donald Trump Buka Jalan Bagi Joe Biden untuk Jalani Transisi Pemerintahan

Dikutip Majalengka.Pikiran-Rakyat.com dari Aljazeera, Menteri Dalam Negeri Herbert Reul, pada Selasa 24 November 2020 mengatakan, dalam percakapan di grup tersebut diduga merupakan tindak pidana.

Reul menggambarkan, konten tersebut sebagai sangat xenofobik dan tidak manusiawi.

Jumlah karyawan di otoritas keamanan Rhine-Westphalia Utara yang menghadapi tuduhan serupa telah meningkat menjadi 191 sejak grup obrolan sayap kanan pertama ditemukan pada bulan September.

Baca Juga: Pemberian Dosis Pertama Vaksin Covid-19 di Amerika Serikat Direncanakan pada Pertengahan Desember

Reul memberi contoh jenis konten yang dibagikan dalam kasus terbaru, termasuk gambar orang Arab yang dilihat melalui alat penglihatan senapan.

Ada juga komentar tentang penembakan masjid tahun lalu di Christchurch, Selandia Baru, yang mengatakan, "Terlalu banyak yang meleset”.

Para tersangka berada di grup WhatsApp yang bernama Kunta Kinte, grup ini dibuat pada 2015 dan digunakan oleh petugas polisi yang merupakan anggota grup bowling.

Baca Juga: Pakar Kesehatan Korea Selatan Usulkan Pasien Covid-19 dengan Gejala Ringan Jalani Perawatan di Rumah

Para anggota grup membagikan ratusan pesan, foto, dan video termasuk foto-foto pemimpin Nazi Adolf Hitler yang tak terhitung jumlahnya.

Sementara itu, komentar anti-Semit juga dikirim pada grup tersebut.

Pada Selasa pagi 24 November 2020, pejabat Jerman menggerebek rumah polisi aktif dan pensiunan sehubungan dengan kabar tersebut.

Baca Juga: Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga Akan Pimpin Upaya Internasional Memerangi Perubahan Iklim

Sebanyak 17 lokasi digeledah di negara bagian barat, termasuk di kota Essen dan Muelheim an der Ruhr.

Dari penggeledahan tersebut, lebih dari 600 perangkat penyimpanan disita.

Ada 9 tersangka menghadapi tuduhan ujaran kebencian dan menggunakan simbol yang dilarang berdasarkan konstitusi Jerman.

Baca Juga: Media Israel: Perdana Menteri Israel Lakukan Pertemuan Rahasia dengan Pangeran Mohammed bin Salman

Serangan terencana terhadap politisi, pencari suaka dan Muslim

Awal bulan November, Jaksa Federal Jerman menuntut 12 tersangka konspirator sayap kanan yang dicurigai merencanakan "serangan teroris" terhadap politisi, pencari suaka dan Muslim.

Sebanyak 11 orang yang ditangkap dalam penggerebekan di seluruh negeri pada bulan Februari, dituduh sebagai anggota "organisasi teroris" dan pelanggaran hukum senjata.

Baca Juga: Telah Lama Berselisih, Pemerintah Arab Saudi Yakin Biden Bantu Wujudkan Stabilitas Timur Tengah

Tersangka konspirator ke-12 telah dituduh mendukung "kelompok teroris".

Penangkapan itu menyusul penggerebekan, beberapa oleh unit khusus bersenjata berat, yang melanda 13 lokasi di 6 negara bagian Jerman.

Jaksa Federal mengatakan, 4 tersangka utama berencana untuk memicu situasi seperti perang saudara melalui serangan yang belum ditentukan terhadap politisi, pencari suaka dan orang-orang yang beragama Muslim pada bulan Februari 2020 lalu.

Baca Juga: Harga Minyak Naik 2 Persen Karena Berita Vaksin Covid-19

Menurut laporan media awal tahun ini, kelompok itu berencana menggunakan senjata semi-otomatis untuk meniru serangan di Christchurch pada Maret 2019 di mana 51 orang tewas di dua masjid. ***

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x