Mengintip Profil Nawal El Saadawi, Sosok Feminis Mesir yang Memperjuangkan Hak-hak Perempuan

5 Agustus 2022, 21:10 WIB
Nawal El Sadawi /Foto: Egyptian Streets/

BERITA MAJALENGKA- Nawal El Saadawi merupakan seorang feminis yang hadir dari daerah Timur Tengah, ia lahir pada 27 Oktober 1931 di Kafr Tahla, Mesir. 

Ia merupakan seorang dokter dan penulis berkebangsaan Mesir.  Nawal El Saadawi dilahirkan dari keluarga yang memiliki latar belakang ekonomi berkecukupan. 

Nawal El Saadawi adalah aktivis feminisme dan sastrawan dari Mesir. Karena kiprah dan karyanya, ia disebut-sebut sebagai Simone de Beauvoir dari dunia Arab.

Pada usia 10 tahun El Saadawi hampir dinikahkan, akan tetapi ia menolak. 

Ia juga mendapatkan dukungan dari ibunya untuk tidak menikah. Orang tuanya mendukung El Saadawi untuk terus belajar di sekolah.

Baca Juga: Intip Gaya Busana Kang Tae Oh Pemain Extraordinary Attorney Woo, yang Begitu StylIsh

Semenjak  itu, ia mulai menyadari bahwa perempuan tidak memiliki banyak pilihan dibandingkan dengan laki-laki. 

El Saadawi mulai menyadari bahwa perempuan kurang dihargai. 

Ketika usia 6 tahun, ia merasakan sakitnya disunat. Sehingga, ia juga mengalami mutilasi alat kelamin perempuan atau sunat perempuan. 

Sunat perempuan, menurut definisi WHO, adalah segala prosedur yang melibatkan pengangkatan sebagian atau seluruh alat kelamin wanita bagian luar.

Sunat perempuan umumnya dilakukan karena alasan sosial dan budaya. Kelak, sunat perempuan menjadi salah satu sasaran kritik utama El Saadawi. 

Baca Juga: Lirik Lagu 'Tanah Airku' Tanah Air Ku Tidak Ku Lupukan, Ciptaan Ibu Sud

Pemerintah Mesir kemudian baru melarang praktik tersebut pada tahun 2008.

Pada tahun 1955, El Saadawi lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Kairo. 

Setelah El Saadawi lulus kuliah, ia melanjutkan karirnya sebagai dokter dan psikiater.

Bahkan, ia sempat menjabat Direktur Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Mesir. 

Namun, amat disayangkan  El Saadawi diturunkan dari jabatannya karena menerbitkan buku "Woman and Sex". 

Baca Juga: Kisah Intelektual Sayyidah Aisyah, Istri Rasulullah yang Banyak Meriwayatkan Hadits

Buku tersebut membahas tentang hak perempuan, penindasan seksual, dan sunat perempuan.

Pada tahun 1982, El Saadawi mendirikan Asosiasi Solidaritas Perempuan Arab. Ia menjadi presiden dari organisasi tersebut.

Ketika organisasi tersebut berusia 9 tahun dibubarkan oleh Pemerintah Mesir.

Pada tahun 2001, ia kembali dituduh menyebarkan ajaran sesat dan tidak menghormati agama oleh pengadilan Mesir.

Nawal El Saadawi bukan hanya dimusuhi oleh Pemerintah saja, tapi ia juga dimusuhin oleh masyarakat yang masih berpikir patriarki.

Baca Juga: Pemain Muda Timnas Indonesia Alfeandra Dewangga Dikabarkan Selingkuh dari Pacarnya yang Menemani dari Nol

Ditambah lagi, ia juga dimusuhi oleh kelompok agama yang konservatif.

El Saadawi tidak menyerah begitu saja. Ia pegang bara api perjuangan dengan penuh keteguhan. Ia terus menulis dan melakukan advokasi.

Perjuangan Nawal El Saadawi baru berakhir ketika ia tutup usia pada 21 Maret 2021.***

Editor: Rina Rahadian Susana

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler