Baca Juga: Kuliner Tradisional Jakarta yang Wajib Dicoba, Makan Enak Bisa Rasakan Kekayaan Budaya
Andersen berpikir, “Bukankah dulu aku suka berkhayal. Kenapa aku tidak mengembangkan khayalanku menjadi tulisan cerita?”.
Ketika kemaksiatan telah diabaikan, maka lembaga pendidikan hanya akan melahirkan para pendurhakan yang genius. Mereka intelek, tapi akhlaknya jelek. Otaknya brilian, tapi tak punya iman. Dan ingat, bejatnya orang cerdas jauh lebih bahaya daripada yang bego.
Menulislah yang ikhlas, agar ilmumu terwaris, agar matimu tak membawa tangis, agar masa depanmu tak miris, karena kisah hidupmu sudah berjalan manis.***