Mengenal Herpez Zoster atau Cacar Api, Salah Satu Penyakit yang Rentan Menyebar di Masa Pandemi Covi-19

8 April 2021, 18:00 WIB
Mengenal gejala dan dampak dari cacar api atau Herpez Zoster yang dapat menular.* /Pixabay.com/baedaya

PR MAJALENGKA – Anthony Handoko, seorang pakar penyakit kulit dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) mengatakan jika cacar api atau Herpes Zoster (HZ) merupakan penyakit yang rentan menular pada seseorang di masa pandemi Covid-19.

“Pada masa pandemi yang sudah berlangsung lebih dari 1 tahun ini, secara umum kita cenderung mengalami penurunan daya tahan tubuh akibat stres psikis serta kelelahan yang berkepanjangan untuk selalu waspada terhadap COVID-19, maka sangatlah mungkin seseorang lebih mudah terkena HZ pada masa ini”, ucap Anthony yang juga merupakan CEO Klinik Pramudia dikutip PikiranRakyat-Majalengka.com dari Antara.

Anthony kemudian menjelaskan, orang-orang yang pernah terjangkiti oleh cacar jenis lain seperti cacar lain bisa berisiko terkena HZ jika daya tahan tubuh mereka rendah atau lemah.

Baca Juga: 4 Tips Berjalan Terbaik Untuk Menurunkan Berat Badan, Wajib Tahu Kapan Waktu yang Tepat!

Hal yang sama juga tentu berlaku bagi lansia, pengidap HIV/AIDS, pasien transplantasi organ, penderita kanker, stres psikis, pasien pasca operasi dan pasien yang mengonsumsi obat-obatan yang memiliki efek menekan pada sel imun tubuh.

Maka dari itu, Anthony berpendapat bahwa masyarakat harus meningkatkan imunitas tubuh secara umum dan menghindari kontak fisik terhadap virus yang dimiliki oleh penderita HZ agar HZ sendiri bisa dicegah agar tak menyebar.

Jika dilihat dari sisi pembawa atau penularannya, HZ diakibatkan oleh sebuah virus bernama varicella zoster (VZV) yang bisa berpindah melalui pertukaran nafas dan kontak dengan lesi atau gejala pada kulit.

Baca Juga: Terkait Sebagian Masyarakat yang Menolak Vaksin, Berikut Jawaban Menkes

Bahkan jika ada kontak langsung dengan cairan pada lepuhan ruam penderita ini juga bisa menularkan HZ.

Jika seseorang terinfeksi mula-mula yang terjadi tidak langsung cacar HZ, tapi terlebih dahulu adalah cacar air yang bisa berubah kapanpun jadi Herpes Zoster.

Masa inkubasinya sendiri jika terjadi kontak yang pertama kali adalah sepuluh hingga 21 hari yang ditandainya dengan munculnya lesi di kulit.

Anthony juga mengatakan bahwa HZ biasanya terjadi pada umur 45 hingga 64 tahun, namun belakangan ini trennya juga muncul pada kelompok lebih muda utamanya pada wanita.

Baca Juga: 6 Fakta Rendi Jhon Pratama, Pemeran Ricky di Ikatan Cinta yang Meresahkan Penonton

“HZ terutama terjadi pada kelompok usia 45-64 tahun. Namun, saat ini tren kasus HZ cenderung terjadi pada usia yang lebih muda dan lebih sering terjadi pada wanita,” katanya.

Kira-kira tiga puluh persen populasi pernah mengalami HZ semasa hidupnya”, ujar Anthony menambahkan.

Namun, sejauh ini gejala HZ belum terlalu spesifik.

Baca Juga: The Falcon and the Winter Soldier: Emily VanCamp Ungkap Hubungan Sharon Carter dan Steve Rogers

Jika tanda seperti ruam merah dan lentin berisi air pada kulit belum muncul, maka biasanya akan diawali dengan rasa lelah, sakit kepala, dan lemas atau biasa disebut sebagai gejala pro-dormal yang terjadi satu sampai lima hari.

“Bagi sebagian orang, rasa nyeri akan berkurang dengan menghilangnya ruam, namun bagi beberapa orang, HZ dapat menyebabkan komplikasi seperti rasa nyeri yang menetap yang dikenal dengan istilah Neuralgia Pasca Herpes (NPH),” katanya.

Komplikasi ini muncul sebagai akibat rusaknya serabut saraf dari aktivitas virus yang berulang,” ujarnya menambahkan.

Baca Juga: Rayakan Ulang Tahun yang ke-9, EXO Beri Kejutan Penggemar dengan Spoiler Comeback Terbaru Mereka

Bagi penderita HZ, dampaknya akan berpengaruh pada kualitas hidup hampir setara dengan dampak yang ditimbulkan dari penyakit-penyakit seperti, gagal jantung, diabetes, serangan jantung, dan depresi, hal ini salah satunya diakibatkan oleh rasa nyeri berkepanjangan atau NPH.

Bahkan jika terjadi di organ tertentu komplikasinya bisa bertambah parah, misalnya kehilangan penglihatan jika terjadi di sekitar area mata, masalah neurologis seperti radang otak, dan kelumpuhan wajah dan infeksi kulit yang berkepanjangan.

Namun tak perlu khawatir, jika dilakukan penanganan secara cepat maka kesempatan untuk sembuh masih ada.

Baca Juga: Kepala DLH Kepulauan Meranti Mengaku Kembali Gunakan Cara Manual untuk Pindahkan Sampah

Di masa sekarang sudah ada yang namanya terapi HZ yang acap kali disebut strategi 6A yang meliputi  Attract patient early (deteksi dini), Assess patient fully (Menilai kondisi pasien secara lengkap), Antiviral therapy (obat anti virus), Analgetik (obat anti nyeri), Antidepressant/anticonvulsant (obat anti depresi/kejang), dan Allay anxieties-counselling (informasi dan edukasi konseling).

Tidak hanya A6 saja, namun sudah tersedia terapi topikal atau obat oles dan terapi suportif, yang bentuk seperti istirahat yang cukup dan tetap menjaga kebersihan, serta pasien dianjurkan atau diminta tidak menggaruk dan mengenakan pakaian yang longgar demi kenyamanan.***

 

Editor: Thytha Surya Swastika

Sumber: Antara

Tags

Terkini

Terpopuler