3 Puisi Tentang Ayah Karya Penyair Terkenal, Cocok Dibaca pada Peringatan Hari Ayah Nasional

- 11 November 2023, 23:13 WIB
Ilustrasi Hari Ayah Nasional.Puisi Hari Ayah Nasional 2023 Inspiratif dan Penuh Makna, Dijamin Menyentuh Hati
Ilustrasi Hari Ayah Nasional.Puisi Hari Ayah Nasional 2023 Inspiratif dan Penuh Makna, Dijamin Menyentuh Hati /Pixabay/StockSnap

BERITA MAJALENGKA - Berikut 3 puisi tentang ayah karya penyair terkenal, cocok dibaca pada peringatan Hari Ayah Nasional.

Hari Ayah Nasional diperingati setiap tanggal 12 November sejak ditetapkan pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Seperti halnya seorang ibu, ayah juga memiliki peranan penting dalam sebuah keluarga.

Hari Ayah menjadi momen yang tepat untuk mengungkapkan rasa terima kasih atau perasaan-perasaan lainnya untuk ayah.

Baca Juga: Lirik Lagu Yang Terbaik Bagimu ADA Band feat Gita Gutawa Cocok untuk Rayakan Peringatan Hari Ayah Nasional

Perasaan tersebut bisa dituangkan dalam sebuah puisi. Kamu bisa membaca karya dari seorang penyair atau bahkan membuatnya sendiri.

Jika kesulitan untuk menulis puisi, kamu juga bisa melihat karya orang lain terlebih dulu sebagai referensi.

Berikut 3 puisi tentang ayah karya penyair terkenal yang cocok dibaca pada peringatan Hari Ayah Nasional :

Baca Juga: Tegas! Ini Fatwa MUI Tentang Pembelian Produk Israel

Tidak, Bapak, aku tak akan kembali ke kampung. Aku mau pergi yang jauh
Karya: Pramoedya Ananta Toer

Sebenarnya, aku ingin kembali
Pulang ke teduh matamu
Berenang di kolam yang kau beri nama rindu
Aku, ingin kembali
Pulang menghitung buah mangga yang ranum di halaman
Memetik tomat di belakang rumah nenek

Tapi jalanan yang jauh, cita-cita yang panjang tak mengizinkanku
Mereka selalu mengetuk daun pintu saat aku tertidur
Menggaruk-garuk bantal saat aku bermimpi

Aku ingin kembali ke rumah, Ayah
Tapi nasib memanggilku

Seekor kuda sembrani datang
Menculikku dari alam mimpi
Membawaku terbang melintasi waktu
Dan dimensi kata-kata

Aku menyebut pulang, tapi ia selalu menolaknya
Aku menyebut rumah, tapi ia bilang tak pernah ada rumah
Aku sebut kampung halaman, ia bilang kampung halaman tak pernah ada

Maka aku menungganginya
Maka aku menungganginya

Menyusuri hutan-hutan jati
Melihat rumput-rumput yang terbakar di bawahnya
Menyaksikan sepur-sepur yang batuk membelah tanah Jawa

Arwah-arwah pekerja bergentayangan menuju ibu kota
Mencipta banjir dari genangan air mata

Arwah-arwah buruh menggiring hujan air mata
Mata mereka menyeret banjir

Kota yang tua telah lelah menggigil
Sudah lupa bagaimana bermimpi dan bangun pagi

Hujan ingin bercerai dengan banjir
Tapi kota yang pikun membuatnya bagai cinta sejati dua anak manusia

Aku tak bisa pulang lagi, Ayah
Kuda ini telah menambatkan hatiku di pelananya

Orang-orang datang ke pasar malam, satu persatu seperti katamu

Berjudi dengan nasib, menunggu peruntungan menjadi kaya raya

Tapi seperti rambu lalu lintas yang setia
Sedih dan derita selalu berpelukan dengan setia

Aku tak bisa pulang lagi, Ayah
Kuda ini telah menambatkan hatiku di pelananya

Orang bilang, apa yang ada di depan manusia hanya jarak

Dan batasnya adalah ufuk
Begitu jarak ditempuh sang ufuk menjauh
Yang tertinggal jarak itu juga abadi

Di depan sana ufuk yang itu juga abadi
Tak ada romantika cukup kuat untuk dapat menaklukan dan menggenggamnya dengan tangan-jarak dan ufuk abadi itu

Baca Juga: Sejarah Adanya Hari Ayah Nasional yang Diperingati Setiap Tanggal 12 November

Perjamuan Petang
Karya: Joko Pinurbo

Dua puluh tahun yang lalu ia dilepas ayahnya di gerbang depan rumahnya

“Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China. Jangan pulang sebelum benar-benar jadi orang”

Dua puluh tahun yang lalu ia tak punya celana yang cukup pantas untuk dipakai ke kota
Terpaksa ia pakai celana ayahnya
Memang agak kedodoran, tapi cukup keren juga

“Selamat jalan. Hati-hati, jangan sampai celanaku hilang”

Senja makin menumpuk di atas meja
Senja yang merah tua

Ibunya sering menangis memikirkan nasibnya
Ayahnya suka menggerutu, “Kembalikan dong celanaku!”

Haha, si bangsat akhirnya datang

Datang di akhir petang bersama buku-buku yang ditulisnya di perantauan
Ibunya segera membimbingnya ke meja perjamuan

“Kenalkan, ini jagoanku”
Ia tersipu-sipu

Saudara-saudaranya mencoba menahan tangis melihat kepalanya berambutkan gerimis
“Hai, ubanmu subur berkat puisi?”, ia tertawa geli

Di atas meja perjamuan jenazah ayahnya terlentang tenang berselimutkan mambang
Daun-daun kalender beterbangan
“Ayah berpesan apa?”, ia terbata-bata
“Ayahmu Cuma sempat bilang, kalau mati ia ingin mengenakan celana kesayanganya: celana yang dulu kau pakai itu”

Diciumnya jidat ayahnya sepenuh kenangan
Tubuh yang tak butuh lagi celana adalah sakramen

Celana yang tak kembali adalah testamen
“Yah, maafkan aku. Celanamu terselip di tetumpukan kata-kataku”

Baca Juga: Link Nonton Film The Killer Lengkap Beserta Sinopsis dan Nama Pemerannya

Sebuah Kamar
Karya: Chairil Anwar

Sebuah jendela menyerahkan kamar ini pada dunia
Bulan yang menyinar ke dalam mau lebih banyak tahu
“Sudah lima anak bernyawa di sini, aku salah satu!”

Ibuku tertidur dalam tersedu
Keramaian penjara sepi selalu
Bapakku sendiri terbaring jemu
Matanya menatap orang tersalib di batu!

Itulah 3 puisi tentang ayah karya penyair terkenal, cocok dibaca pada peringatan Hari Ayah Nasional.***

Baca Juga: Sinopsis Film Sijjin Lengkap Beserta Nama Pemeran yang Sedang Tayang di Bioskop

 

Editor: Rian S. Putra

Sumber: berbagai sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah