Usai pertandingan ada suporter kecewa turun ke tengah lapangan untuk mencari pemain lawan.
Rasa kecewa tersebut ternyata menggerakkan penonton turun ke tengah lapangan.
Mereka berusaha mencari para pemain dan official untuk menanyakan kekalahan tersebut. Situasi ini pun menyebabkan para suporter melampiaskan amarahnya akibat kekecewaan ini.
Untuk mencegah suporter ke lapangan polisi memutuskan untuk menembakkan gas air mata karena para suporter anarkis.
Namun, gas air mata yang digunakan polisi untuk menghalau kerusuhan adalah hal terfatal yang menjadikan tragedi terbesar dalam sejarah sepak bola Indonesia.***