Asal-Mula Takjil di Indonesia: Dari Ramadhan Jadi rebutan di Masyarakat Non-Muslim

20 Maret 2024, 07:34 WIB
Kurma yang kaya serat sebagai takjil buka puasa memiliki banyak manfaat. /PEXELS/Naim Benjelloun

BERITAMAJALENGKA - "Bagimu Agamamu bagiku Takjilmu” ungkapan sebuah meme Yang santer terucap di media sosial sejak minggu pertama Ramadhan 2024.

Hal ini mengacu pada fenomena non-Muslim yang ikut berburu takjil sebelum berbuka puasa.
Ceritanya terus berkembang bahkan menjadi meme yang memenuhi dunia maya.

Reaksi terhadap konten Perang Takjil yang kala itu dianggap sebagai bentuk toleransi sehingga mendapat pujian dari banyak netizen.

Baca Juga: Wakil indonesia juarai All England 2024, raih catatan prestasi terbaik

"Bisnis penjual takjil bagus dan mendukung UMKM, namun hal ini mungkin membuat mereka buru-buru pulang dan menghabiskan waktu di rumah bersama keluarga setelah puasa,” ujarnya, kata pengguna Twitter X baru-baru ini.

Konten berburu takjil kebanyakan berkisah umat Islam sudah tidak lagi makan takjil, dan tak jarang ditanggapi dengan berbagai macam candaan.
"Kalau beli jeruk saat Imlek, simpanlah agar bisa dijadikan minuman instan (minuman jeruk),” canda seorang warganet.

Setelah itu, cerita menyebar dan tidak hanya pecah Perang Takjil, tetapi suatu tempat untuk berbuka puasa bersama.

“Saya tidak puasa, tapi jadwal bar buku saya hampir penuh,” kata salah satu pengguna Instagram.

Baca Juga: Kejati Jabar Tahan AN Tersangka Korupsi Pasar Cigasong, Penasehat Hukum Sebut Tak Ada Aliran Dana ke INA

Sementara takjil secara umum dilekatkan dengan penganan dan minuman pembatal puasa, asal-mulanya tidak demikian. Melansir laman Muhammadiyah, Senin (18/3/2024), istilah takjil diambil dari hadits Nabi Muhammad yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, berbunyi, "Manusia masih terhitung dalam kebaikan selama ia menyegerakan (Ajjalu) berbuka."

Dalam bahasa Arab, istilah "menyegerakan" dalam hadits tersebut memiliki medan semantik, yaitu ajjala–yu'ajjilu–ta'jilan yang artinya momentum, tergesa-gesa, menyegerakan, atau mempercepat. Dari situ, takjil diasosiasikan dengan anjuran menyegerakan berbuka puasa.

Lebih lanjut dikatakan bahwa tradisi takjil dimiliki setiap komunitas Muslim di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Snouck Hurgonje dalam laporannya setelah mengunjungi Aceh pada 1891-1892, De Atjehers, mencatat bahwa masyarakat lokal telah mengadakan buka puasa (takjil) di masjid beramai-ramai dengan menyajikan ie bu peudah atau bubur pedas.

Baca Juga: Bocoran dan Link Nonton Private Bodyguard Episode 5 TERBARU Lengkap Jadwal Tayang Setiap Hari Apa Jam Berapa

Riwayat lain mencatat bahwa takjil jadi salah satu sarana dakwah Wali Songo yang menyebarkan Islam di Jawa sejak sekitar abad ke-15. Suara Muhammadiyah menyebut, tradisi takjil dilakukan di Masjid Kauman Yogyakarta pada 1950-an, dan sejak itu terus dilestarikan Muhammadiyah dan akhirnya populer di kalangan masyarakat Muslim Indonesia.

Profesor Munir Mulkhan dalam bukunya Kiai Ahmad Dahlan & Jejak Pembaruan Sosial dan Kemanusiaan (2010) merangkum, Muhammadiyah berperan besar dalam mempopulerkan takjil saat Ramadan. Munir menyebut, Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid salah satunya mempopulerkan tradisi menggelar takjil untuk menyegerakan kaum muslimin berbuka puasa.***

 

Editor: Arief Pratama

Tags

Terkini

Terpopuler