Menurut psikolog, permintaan maaf palsu merupakan kalimat yang dilanjutkan dengan kata "jika" atau "tetapi,".
“Tetapi” sebenarnya membatalkan permintaan maaf, sementara "jika" menunjukkan bahwa apapun rasa sakit yang dialami mungkin tidak terjadi.
Permintaan maaf yang tulus menempatkan semua tanggung jawab pada orang yang menawarkan permintaan maaf.
Baca Juga: Sinopsis Film Vantage Point, Presiden AS yang Jadi Sasaran Tembakan
2. Permintaan maaf palsu terlalu bertele-tele
Permintaan maaf yang keluar dari hati sebenarnya tidak membutuhkan banyak kata.
Sebaliknya, permintaan maaf palsu menawarkan banyak penjelasan dan detail yang tidak perlu yang mencoba menyembunyikan perasaan sebenarnya.
Baca Juga: Dewan Perwakilan Rakyat Filipina Tetapkan 1 Februari Sebagai Hari Hijab Nasional
3. Permintaan maaf palsu mengandung kalimat pasif
Jenis fauxpology ini biasanya menyertakan frasa seperti "hal-hal yang membuat kamu terpengaruh" atau sesuatu yang serupa.