BERITA MAJALENGKA – Wisata Jogja penuh dengan keistimewaan bagi pengunjung, Kota Gudeg ini juga cocok sekali untuk bernostalgia dan bersyahdu ria.
Salah satu tempat wisata yang ada di Yogyakarta adalah Alun-Alun Kidul atau biasa dikenal dengan sebutan alkid.
Alun-Alun Kidul mempunyai cerita mitos yang melegenda yaitu tradisi masangin bahkan sampai saat ini banyak wisatawan yang mencoba tradisi tersebut.
Tradisi Masangin berupa beringin kembar di tengah Alun-Alun Kidul, jika berhasil berjalan lurus di antara dua pohon beringin tersebut dengan mata tertutup maka keinginan bisa terkabul.
Baca Juga: Stasiun dengan CSI Tertinggi, Bukan di Pulau Jawa tapi Sumatra
Tradisi Masangin kini telah menjadi ikon wisata Yogyakarta, apabila berkunjung ke Alun-Alun Kidul maka banyak yang mencobanya.
Ternyata Tradisi Masangin dengan berjalan melewati dua beringin dengan mata tertutup itu ternyata sangat sulit, bahkan tak banyak wisatawan yang berhasil melakukannya.
Sejarah Tradisi Masangin berawal dari ritual Topo Bisu di malam 1 suro (tahun baru hijriah) yang dilakukan oleh prajurit abdi dalem sejak zaman Kesultanan Yogyakarta.
Para abdi dalem akan melewati dua beringin di tengah Alun-Alun Kidul dengan mata tertutup dengan tujuan untuk melatih konsentrasi.
Baca Juga: LINK LIVE STREAMING Babak Perempat Final BWF World Championships 2023 dan Draw Pertandingan
Ritual Tradisi Masangin ini dipercaya mendatangkan keberkahan dan perlindungan dari serangan musuh dan ritual ini dipercaya sebagai tolak bala.
Tradisi Masangin juga diketahui sebagai syarat untuk menikahi Putri Sultan (Putri Raja Keraton Yogyakarta) waktu itu Sultan Hamengkubuwono I.
Persyaratan ini diajukan oleh Sultan karena Sang Putri tidak terlalu suka para pria yang meminangnya, oleh sebab itu Sultan mengajukan persyaratan yang kala itu dianggap mustahil.
Namun pada akhirnya, seorang pria dari Siliwangi berhasil melakukan Tradisi Masangin ini namun tidak ada keterangan apakah pria tersebut jadi menikah dengan Putri Sultan atau tidak.
Tradisi Masangin memiliki filosofi tersendiri yang dipercayai oleh masyarakat Yogyakarta yaitu pengayoman, keadilan, dan sifat abadi.
Namun terlepas dari mitos-mitos itu, respon dari pihak Sultan mengenai Tradisi Masangin ini tidak mempunyai makna filosofi.
Menurut Penghageng Tepas Dwapura Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Jatiningrat, Tradisi Masangin hanya permainan biasa.***