Mengenal Asal-Usul Al-Quran yang Turun Pertama Kali kepada Nabi Muhammad SAW di Bulan Ramadhan

- 25 Maret 2024, 15:30 WIB
Ilustrasi - Mengenal Asal-Usul Al-Quran yang Turun Pertama Kali kepada Nabi Muhammad SAW di Bulan Ramadhan
Ilustrasi - Mengenal Asal-Usul Al-Quran yang Turun Pertama Kali kepada Nabi Muhammad SAW di Bulan Ramadhan /freepik/ Sketsapedia

BERITA MAJALENGKA - Al-Quran merupakan kitab suci umat Islam, berisi kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril. Al-Quran juga merupakan salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW.

Dengan adanya Al-Quran, umat Islam menjadi memiliki pedoman untuk semua aspek kehidupan.

Al-Quran memiliki proses yang cukup panjang untuk sampai kepada kita, bagaimana asal-usulnya? Simak penjelasan berikut ini.

Proses turunnya Al-Quran ini telah mengalami berbagai tahapan bahkan sebelum sampai kepada Rasulullah SAW.

Baca Juga: Apa Itu Gerhana Bulan Penumbra? Simak Penjelasan Lengkap Jadwal Terjadinya Hari Ini, 25 Maret 2024

Tahap yang pertama adalah penyampaian Al-Quran dari Allah SWT ke Lauh Mahfudz, yakni kitab yang terjaga, kitab di mana Allah SWT mencatatkan segala sesuatu tentang takdir setiap manusia dan semua yang akan terjadi di alam semesta.

Para ulama meyakini bahwa Allah SWT menurunkan Al-Quran ke Lauh Mahfudz ini sekaligus, tapi tidak ada yang tahu pasti mengenai kapan dan bagaimana Allah SWT menurunkan Al-Quran ke sana.

Setelah Al-Quran berada di Lauh Mahfudz, Al-Quran diturunkan ke Bayt Al-Izzah. Para ulama menyebutkan bahwa Bayt Al-Izzah ini adalah langit yang paling bawah atau langit dunia. Proses ini terjadi pada satu malam yang mulia di bulan Ramadhan yaitu malam Lailatul Qadar. Para ulama juga meyakini bahwa turunnya Al-Quran dari Lauh Mahfudz ke langit dunia terjadi secara sekaligus.

Baca Juga: Sinopsis Santri Pilihan Bunda Episode 4 Lengkap Jadwal Tayang Reguler dan Link Nonton FULL HD

Ayat-ayat Al-Quran baru diturunkan secara bertahap ketika memasuki proses berikutnya, yaitu dari langit dunia ke Nabi Muhammad SAW dengan melalui perantara malaikat Jibril.

Ayat Al-Quran tidak diturunkan secara urut dari Surah Al-Fatihah sampai Surah An-Nas, melainkan disesuaikan dengan situasi dan kondisi di dunia.

Dalam sejarah, turunnya Al-Quran ini terjadi dalam dua periode yaitu periode sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah dan periode ketika Nabi SAW sudah hijrah ke Madinah, karena itu ayat-ayat Al-Quran terbagi menjadi dua jenis yakni ayat Makkiyah dan ayat Madaniyah.

Jika ditotal rentang waktu dari ayat pertama turun sampai ayat terakhir turun, proses ini membutuhkan waktu selama 22 tahun, 2 bulan, 22 hari.

Baca Juga: EXPRESS! Link Nonton dan Download Santri Pilihan Bunda Episode 4 Lengkap Jadwal Tayang dan Spoiler

Ayat pertama yang turun kepada Nabi Muhammad SAW ini terjadi ketika Nabi berdiam diri di Gua Hira yang letaknya di Jabal Nur. Pada saat itu, Nabi Muhammad SAW sudah terhitung 26 hari berada di Gua Hira, kemudian di malam ke 27 tepatnya pada malam 17 Ramadhan, Rasulullah dikejutkan dengan seseorang berbaju putih yang merupakan jelmaan dari malaikat Jibril.

Malaikat Jibril pun menyampaikan wahyu pertama yaitu surah Al-Alaq ayat 1-5. Ketika mendapat wahyu pertama itu, Rasul merasa ketakutan dan bergegas pulang ke rumahnya.

Pada saat Rasulullah bertemu dengan istrinya, Sayyidah Khadijah ra, beliau masih gemetar. Khadijah pun diminta untuk menyelimutinya. Dengan situasi tersebut, turun lagi ayat Al-Quran kepada beliau yaitu surah Al-Mudatsir ayat 1-2.

Proses ini terus berlangsung hingga lebih dari 22 tahun, turunlah ayat terakhir yaitu surah Al-Maidah ayat 3.

Ayat tersebut turun sebagai salah satu pertanda yang menunjukkan bahwa agama Islam telah sempurna sehingga tidak ada lagi ayat yang akan turun. Dengan diturunkannya ayat terakhir inipun menjadi pertanda bahwa tak lama lagi, Rasulullah akan segera berpulang ke sisi Allah SWT.

Baca Juga: Fikri/Bagas Jadi Runner Up Swiss Open 2024 Usai Akui Keunggulan Wakil Ganda Putra Inggris dengan Sengit

Ketika Rasulullah SAW masih hidup, Al-Quran belum dibukukan menjadi mushaf seperti sekarang karena Al-Quran memang turun secara bertahap.

Meskipun belum dibukukan, ayat-ayat Al-Quran ini sudah ditulis secara terpisah pada zaman Rasul masih hidup. Untuk menulis ayat-ayat tersebut Rasul menunjuk beberapa orang kepercayaan beliau seperti Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Thalib, Muawwiyah bin Abu Sufyan, dan Ubay bin Ka’ab. Media yang mereka gunakan untuk menulis ayat-ayat Al-Quran ini bermacam-macam, ada yang berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit kayu, dan potongan tulang binatang.

Selain itu, ayat-ayat Al-Quran juga tersimpan di dalam hafalan Rasulullah SAW dan para sahabat.

Ketika Rasulullah SAW wafat dan kepemimpinan umat Islam berpindah ke khalifah dimulai dari Abu Bakar, di situlah terjadi peristiwa besar yang tidak terduga.

Pada waktu itu terjadi pertempuran antara kaum muslimin dengan kaum murtad, 70 sahabat Rasul penghafal Al-Quran gugur sebagai syuhada. Dengan hal itu, Umar bin Khattab khawatir dengan masa depan Al-Quran.

Karena hatinya terus khawatir dengan hal tersebut, Umar bercerita kepada Abu bakar. Umar pun mengusulkan satu solusi untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran dan menuliskannya menjadi satu kitab.

Baca Juga: SENGIT! Gregoria Mariska Tunjung Runner Up Swiss Open 2024 Usai Dikalahkan Carolina Marin

Setelah berhasil diyakinkan, Abu Bakar pun memanggil salah satu sahabat yaitu Zaid bin Tsabit. Menurut Abu Bakar, Zaid lah yang sangat mampu di bidang qiraat, hafalan, penulisan, pemahaman Al-Quran, bahkan Zaid hadir dalam pembacaan Al-Quran yang terakhir dari Rasulullah SAW.

Dalam tugas mulia ini, Zaid bin Tsabit ditunjuk menjadi penanggung jawabnya. Maka dari itu, Zaid bin Tsabit dikenal sebagai sahabat Nabi dan penulis wahyu.

Zaid bin Tsabit pun mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran dengan cara mengumpulkan ayat-ayat yang pernah ditulis para sahabat dihadapan Rasulullah dan mengumpulkannya berdasarkan hafalan para sahabat. Zaid pun selalu menghadirkan sedikitnya 2 saksi untuk menjaga bahwa ayat-ayat Al-Quran yang ditulis benar-benar betul.

Proses pembukuan Al-Quran berlangsung cukup lama, proses tersebut tidak selesai di masa khalifah Abu Bakar juga tidak di masa khalifah Umar bin Khattab. Proses tersebut terus berlanjut dan baru selesai di masa khalifah Utsman bin Affan.

Baca Juga: Lanny/Ribka Juara Swiss Open 2024, Ganda Putri Indonesia Pertama Sejak Dipertandingkan 1957

Keberagaman dalam pembacaan Al-Quran, dialek yang berbeda-beda yang mulai muncul di masa kekhalifahan Utsman, sempat membuat Utsman bin Affan khawatir. Akhirnya Utsman bin Affan mengambil kebijakan baru dengan cara membuat standarisasi dalam penulisan Al-Quran.

Standar ini disebut dengan cara penulisan Utsmani dan dianggap sebagai cara yang paling sah sehingga terus digunakan sampai sekarang.

Meski ayat-ayat Al-Quran diturunkan kepada Rasul tidak berurutan, tapi dengan bantuan Allah SWT, Al-Quran bisa kembali ke urutan yang sebenarnya pada saat pembukuan.*

Editor: Rosma Nur Riana


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah