Meskipun umat Islam sudah memiliki kitab suci tunggal, namun tafsir Alquran ada banyak jenisnya. Hal ini kata dia memberikan pelajaran bahwa keragaman pandangan itu adalah sunatullah dan umat Islam harus berlapang dada terhadap perbedaan itu.
“Maka yang harus diinternalisasi adalah bagaimana adanya keragaman penafsiran yang otomatis di sana ada keragaman amalan,” tuturnya.
“Itulah kemudian kita bangun pandangan Islam Berkemajuan, sehingga kita mengembangkan paham Islam yang progresif dalam diri kita sehingga Muhammadiyah selalu rujuk pada Alquran dan sunnah tidak sembarangan, tapi dengan metodologi, yaitu pendekatan bayani, burhani dan irfani.
Sehingga meskipun kita memahami Alquran secara berbeda, tapi tetap dalam grand design Islam yang progresif dan berkemajuan,” pungkas Tafsir.***