Sejarah Peristiwa Isra Mi’raj yang Terjadi Pada Bulan Rajab, Kisah Asal-Usul Perintah Sholat Lima Waktu

16 Januari 2024, 19:24 WIB
Kapan Isra Miraj 2024? Catat Tanggalnya Dilengkapi dengan Ucapan Selamat /Dok. Freepik/

BERITA MAJALENGKA – Simak sejarah peristiwa Isra Mi’raj yang terjadi pada bulan Rajab, kisah asal-usul perintah sholat lima waktu.

Bulan Rajab merupakan bulan ketujuh dalam kalender Hijriah dan termasuk salah satu dari empat bulan mulia atau bulan haram (asyhurul hurum).

Terdapat beberapa peristiwa yang terjadi di bulan Rajab ini, salah satunya adalah peristiwa bersejarah yang dialami Rasulullah SAW yaitu Isra Mi’raj pada 27 Rajab.

Baca Juga: Sekretaris PDIP Subang Kaget Dengar Keputusan Maruarar Sirait Keluar dari Partai PDIP

Isra Mi’raj merupakan perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW ke Shidratul Muntaha, di mana beliau menerima perintah kewajiban sholat lima waktu langsung dari Allah SWT tanpa melalui perantara malaikat Jibril.

Peristiwa ini terbagi menjadi dua, yaitu Isra dan Mi’raj. Secara bahasa Isra berarti perjalanan pada malam hari, yakni perjalanan Rasulullah SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa di Palestina. Sedangkan Mi’raj artinya tangga, hal ini merujuk pada perjalanan Rasulullah dari bumi ke langit hingga Shidratul Muntaha. Perjalanan ini dilakukan hanya dalam waktu satu malam saja.

Isra Mi’raj ini terjadi tepat setelah paman Rasulullah, Abu Thalib wafat. Peristiwa ini juga ditetapkan oleh Allah SWT dalam Al-Quran surah Al-Isra.

Dikisahkan bahwa ketika itu, Rasulullah SAW sedang tidur dan tiba-tiba atap rumah Rasulullah terbuka sendiri, lalu Jibril turun dan membelah dada, membersihkan hati Rasulullah SAW keempat kalinya agar dipenuhi dengan iman sesaat sebelum peristiwa Isra Mi’raj.

Baca Juga: Disdukcapil Kota Bandung Akselerasi Perekaman Pemilih Pemula Agar Bisa Berpartisipasi di Pemilu 2024

Kemudian, Jibril datang membawa Buraq (kilat), yang merupakan kuda bersayap yang memiliki kecepatan di atas kilat atau sesuatu yang kecepatannya melebihi gerakan cahaya. Rasulullah pun naik ke atasnya, dan tibalah beliau di Palestina dan mengikat tali kekangan Buraq di sebuah tempat di Masjidil Aqsa.

Setelah berada di Masjidil Aqsa, Rasulullah SAW di Mi’rajkan ketujuh lapis langit. Di langit pertama beliau bertemu Nabi Adam as, di langit kedua beliau bertemu Nabi Yahya as dan Nabi Isa as, di langit ketiga beliau bertemu Nabi Idris as, di langit keempat beliau bertemu Nabi Yusuf as, di langit kelima beliau bertemu Nabi Harun as, di langit keenam beliau bertemu Nabi Musa as, dan di langit ketujuh beliau bertemu dengan Nabi Ibrahim as. Di setiap langit tersebut, Rasulullah SAW berdialog dengan para Nabi yang ditemuinya itu.

Singkat cerita, Rasul sampai ke langit ketujuh dan tiba di Shidratul Muntaha, di mana beliau diperlihatkan betapa indahnya Shidratul Muntaha.

Menurut kepercayaan Islam, Shidratul Muntaha adalah pohon bidara yang menandai akhir dari langit atau surga ketujuh, sebuah batas di mana makhluk tidak dapat melewatinya.

Allah SWT merubah Jibril as menjadi postur aslinya, dan Jibril berkata, “Tugasku hanya sampai di sini”. Adapun dalam sumber lain menyebutkan bahwa Jibril berkata, “Jika saya melewati batas ini, maka saya akan hangus”.

Baca Juga: Spoiler Love Song for Illusion Episode 4 Mendatang di Viu Lengkap dengan Link Nonton

Di Shidratul Muntaha itu, Rasulullah SAW menerima perintah 50 waktu sholat.

Akhirnya, Rasulullah SAW turun dari Shidratul Muntaha ke langit ketujuh bertemu Nabi Ibrahim as, pada saat itu Nabi Ibrahim tidak bicara apa-apa lagi kepada Rasulullah.

Di langit keenam, beliau bertemu dengan Nabi Musa as, dan Musa bertanya, “Wahai Rasulullah, berapa banyak perintah sholat yang Allah berikan kepadamu?” Nabi Muhammad menjawab, “50 waktu sholat”. Nabi Musa berkata, “Minta ringankan, karena umatmu tidak akan mampu. Saya sudah mempraktekannya kepada Bani Israil dan Bani Israil lebih kuat dari umatmu, tapi mereka tidak bisa melakukannya. Kembalilah, minta kemurahan kepada Allah SWT”.

Rasulullah pun kembali lagi dan meminta keringanan kepada Allah SWT, hingga akhirnya dikurangi 5 menjadi 45.

Rasulullah turun lagi ke langit ketujuh bertemu Nabi Ibrahim, lalu ke langit keenam dan diberhentikan lagi oleh Nabi Musa as, “Wahai Muhammad, berapa waktu sholat yang diberikan Allah?” beliau menjawab, “45 waktu sholat”. Kata Musa, “Masih berat, minta lagi keringan kepada Allah”.

Akhirnya, Rasulullah pun naik lagi ke Shidratul Muntaha, perintah sholat pun dikurangi 5, lalu Rasul turun lagi kemudian diberhentikan Musa, naik lagi, turun lagi, hal ini terus berlanjut hingga sampai 5 waktu sholat.

Sampai perintah 5 waktu sholat saja, Nabi Musa masih berkata kepada Nabi Muhammad untuk meminta keringan lagi.

Mendengar hal itu, Rasulullah pun berkata kepada Nabi Musa, “Saya sudah malu kepada Tuhan saya”. Maka, tiba-tiba terdengar suara Allah, “Wahai Muhammad, 5 waktu sholat tapi pahalanya 50 waktu sholat”.

Baca Juga: Lirik Lagu Mars NU ‘Nahdlatul Ulama Memanggil Kita’ untuk Rayakan Harlah NU 2024

Sholat ini merupakan kemuliaan yang diberikan oleh Allah SWT kepada seluruh umat manusia untuk bisa berkomunikasi, untuk bisa berdoa dan meminta langsung kepada Penciptanya.

Setelah Rasulullah SAW kembali ke Mekah, beliau menceritakan peristiwa tersebut kepada penduduk Mekah. Namun, orang yang kufur bertambah kekufurannya, sedang para sahabat dan orang-orang yang beriman, sebagian dari mereka sempat ragu.

Dengan hikmah Allah, salah satu sahabat Nabi yaitu Abu Bakar yang mengetahui hal itu, membenarkan peristiwa tersebut dan membuat hati para sahabat yang sempat ragu menjadi kembali utuh lagi.

Tak hanya itu, Abu Bakar pun memberi pertanyaan kepada Rasulullah yang pada akhirnya membuat kaum Quraisy membenarkan peristiwa Isra Mi’raj.***

Baca Juga: Kalah dari Irak, Indonesia disebut sudah menunjukkan peningkatan dari sebelumnya

 

Editor: Rian S. Putra

Sumber: berbagai sumber

Tags

Terkini

Terpopuler