BERITA MAJALENGKA – Sejumlah sastrawan Indonesia menjadikan karyanya sebagai bentuk kecintaan pada Sang Pencipta, termasuk dalam bentuk puisi.
Sebagian di antara karya yang lahir sebagai puisi disebut orang-orang sebagai karya sastra religi atau puisi religi. Sebagian lainnya menyebut dengan frasa berbeda, yakni puisi Islami.
Sastrawan Indonesia, di antaranya Chairil Anwar, Taufik Ismail, hingga Abdul Hadi WM, banyak menelusurkan puisi-puisi Islami.
Berikut puisi Islami karya sastrawan Indonesia beserta maknanya.
Baca Juga: 7 Trik Mudah Membaca Sifat Orang Lain
Do’a (Chairil Anwar)
Tuhanku dalam termangu aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh mengingat Kau penuh seluruh
Caya-Mu panas suci tinggal kerlip lilin di kelam sunyi
Tuhanku aku hilang bentuk remuk
Tuhanku aku mengembara di negeri asing
Tuhanku di pintu-Mu aku mengetuk aku tidak bisa berpaling
Baca Juga: Resep Masakan: Cumi Bakar Jimbaran Ala Devina Hermawan, Enak dan Menambah Nafsu Makan
Puisi dari Chairil Anwar ini mengungkapkan tema religi dan ketuhanan yang begitu kental, transparan serta mudah dipahami oleh siapapun.
Dalam puisi ini, sang penyair juga berusaha menegaskan bahwa jika tak menemukan solusi dalam permasalahan hidup, Tuhan selalu menjadi satu-satunya tempat terbaik untuk kembali.
Kalimat ‘Pengembaraan di negeri Asing’ merupakan perumpamaan untuk mngingatkan kita bahwa pada hakikatnya hidup ini hanyalah sebuah perjalanan dan suatu saat kita akan kembali ke tempat kita berasal.
Baca Juga: Buruan Sae Jadi Salah Satu Solusi Kota Bandung Hadapi El Nino
Sajadah Panjang (Taufik Ismail)
Ada sajadah panjang terbentang
Dari kaki buaian sampai ke tepi kuburan
Hamba kuburan hambabila mati
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan sujud di atas sajadah yang panjang ini
Diselingi sekadar interupsi
Mencari rezeki, mencari ilmu
Mengukur jalanan seharian
Begitu terdengar suara adzan
Kembali tersungkur hamba
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tertunduk dan rukuk
Hamba sujud dan tak lepas kening hamba
Mengingat diKau sepenuhnya
Syair ini banyak dikenal orang setelah ditransformasikan dalam bentuk lagu oleh Bimbo.
Puisi ini merupakan semacam pengingat pembacanya terhadap Tuhan. Penyair yang dikenal dengan karya yang bernafas sufistik ini membuat semacam pengakuan bahwa karya sastranya adalah sebuah dzikir.
Baca Juga: Antisipasi Dampak Kebakaran TPA Sarimukti, Plh Wali Kota Dorong Warga Kelola Sampah
Tuhan Kita Begitu Dekat (Abdul Hadi WM)
Tuhan kita begitu dekat
Sebagai api dengan panas
Aku panas dalam apimu
Tuhan kita begitu dekat
Seperti kain dengan kapas
Aku kapas dengan kainmu
Tuhan kita begitu dekat
Seperti angin dengan arahnya
Kita begitu dekat dalam gelap
Kini aku nyala pada lampu padammu
Pada puisi ini, penyair menunjukkan perasaan dekatnya dengan Tuhan. Ukurab merasa dekatnya seseorang dengan Tuhan adalah perbuatan baik yang telah dilakukan oleh seseorang.***