"Penurunan jumlah lebah akan berdampak pada penurunan produksi pangan dunia. Lebah merupakan penyerbuk paling produktif dan beragam di sebagian besar dunia, dengan lebih dari 20.000 spesies yang tercatat (Klein et al. 2007)," ujar Prof. Damayanti pada acara forum dialog penyerbuk yang diselenggarakan di Hotel Travello Bandung, Sabtu, 20 Mei 2023.
Baca Juga: Siapa Molen Kasetra? Laki-Laki yang Kini Resmi Menjadi Suami Enzy Storia
Dosen IPB itu menjelaskan, pihaknya melakukan restorasi habitat bagi penyerbuk merupakan bagian dari regenerative agriculture (pertanian regeneratif) yang perlu digalakkan.
Oleh karenanya, lanjut Prof. Damayanti, pendekatan pertanian regeneratif memiliki potensi untuk membantu melimpahkan kembali ekosistem di sekitarnya dengan serangga, mamalia, dan burung yang bermanfaat.
"Peningkatan kelimpahan keanekaragaman hayati di atas tanah (above-ground biodiversity) yang dapat dimungkinkan melalui pendekatan pertanian regeneratif antara lain menciptakan habitat bagi penyerbuk dan satwa liar dengan menanam aneka ragam tanaman di tepi lahan atau dengan pohon dan semak di sekitar batas lahan pertanian," jelasnya.
Selain berperan penting dalam produksi pangan, Prof. Damayanti menyampaikan, lebah memiliki nilai ekonomi bagi peternak. Hal ini dikarenakan lebah dapat menghasilkan madu, propolis, bee polen dan wax atau lilin.
"Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI) sebagai asosiasi di bidang entomologi (serangga) memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan kepedulian masyarakat luas terhadap lebah," tutur Prof. Damayanti.
Oleh sebab itu, Prof. Damayanti menegaskan, PEI berinisiatif mengadakan sebuah Dialog Forum Penyerbuk sebagai ajang diskusi para akademisi, pembuat kebijakan, petani, peternak, dan sektor swasta (private sector) untuk bersama-sama membangun diskursus mengenai lebah dan pelestariannya dalam rangka mencari solusi untuk mengatasi masalah perlebahan di Indonesia.
Baca Juga: Profil dan Biodata Molen Kasetra, Diplomat Muda yang Menikahi Enzy Storia