BERITA MAJALENGKA- Sri Langka mengalami krisis ekonomi akibat mengutang, hal ini membuat masyarakat Sri Lanka naik pitam.
Alami krisis ekonomi diakibatkan Sri Lanka karena gagal bayar utang sebesar 51 miliar dolar AS (Rp729 triliun, kurs Ro14.300).
Tak hanya Presiden Gotabaya Rajapaksa, warga yang jengkel di tengah kekurangan bahan bakar dan makanan juga meminta adik presiden, Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa berhenti dari jabatannya, dikutip Berita Majalengka pada Pikiran Rakyat dari The National News.
Situasi yang tidak kondusif membuat masyarakat naik pitam dan menuntut Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa turun jabatan.
Rakyat Sri Lanka pun turun ke jalan menyuarakan ketidak senangannya terhadap kinerja pemerintah.
Baca Juga: Elon Musk Menawarkan $54,20 Per Saham Secara Tunai Untuk Membeli Twitter
Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa akhirnya bersedia berbicara dengan para demonstran.
"Perdana menteri siap memulai pembicaraan dengan para pengunjuk rasa di Galle Face Green," kata juru bicara kantornya, dikutip dari Al Jazeera.
“Jika pengunjuk rasa siap bahas proposal mereka untuk menyelesaikan krisis bangsa saat ini, maka perdana menteri siap mengundang perwakilan mereka untuk berunding,” ujarnya lagi.
Aliansi oposisi utama, Samagi Jana Balawegaya (SJB) menyatakan presiden dan perdana menteri hanya memiliki waktu seminggu untuk mundur.