Jurnalis di Filipina Meninggal Dunia Setelah Ditembak Orang Tak Dikenal

12 November 2020, 12:00 WIB
Bendera Filipina.* /

PR MAJALENGKA - Seorang wartawan radio bernama Virgilio Maganes tewas usai ditembak orang yang tak dikenal saat berada di luar rumahnya pada Selasa 10 November 2020.

Dikutip Majalengka.Pikiran-Rakyat.com dari Aljazeera, Virgilio Maganes ditembak oleh dua pria bersenjata dengan sepeda motor, kata polisi Filipina.

Sebelumnya, empat tahun lalu Virgilio Maganes pernah selamat dari upaya serupa untuk membunuhnya.

Baca Juga: Beda dari Donald Trump, Begini Langkah-langkah yang Akan Dilakukan Joe Biden untuk Penanganan Covid-

Virgilio Maganes yang kini berusia 62 tahun ini tinggal di barat laut Manila di Provinsi Pangasinan.

Ia ditembak enam kali oleh orang tak dikenal hingga tewas di tempat kejadian.

Menurut National Union of Journalists of the Philippines (NUJP), Virgilio Maganes adalah jurnalis ke-18 yang terbunuh sejak Presiden Rodrigo Duterte menjabat pada 2016, dan yang ke-190 sejak Ferdinand Marcos digulingkan pada 1986.

Baca Juga: Beda dari Donald Trump, Begini Langkah-langkah yang Akan Dilakukan Joe Biden untuk Penanganan Covid-

Hanya sedikit dari pelaku pembunuhan yang pernah menjalani proses pengadilan.

Maganes selamat dari upaya pembunuhan sebelumnya, setelah berpura-pura mati.

NJUP mengeluarkan pernyataan yang menuntut pihak berwenang bekerja cepat untuk menyelesaikan kasus ini.

Baca Juga: Pakar Kesehatan di Amerika Berharap Joe Biden Lakukan Perubahan Cara Penanganan Covid-19

NJUP menilai ada keterkaitan dengan upaya pembunuhan sebelumnya yang gagal, saat pria bersenjata mengendarai sepeda motor menembaki Magnes dalam perjalanan.

Pada kesempatan itu para pria bersenjata meninggalkan catatan di tempat kejadian yang berbunyi: “Saya seorang pengedar narkoba, jangan meniru saya”.

Pesan seperti itu biasa terjadi dalam pembunuhan di luar proses hukum selama puncak perang Duterte melawan narkoba yang menyebabkan ribuan kematian.

Baca Juga: 11.11 Dikenal Sebagai Harbolnas, Ternyata Bermula Dari Hari Jomblo di Tiongkok hingga Mendunia

Polisi mengatakan mereka belum menemukan motif penyerangan pada Maganes.

Setidaknya dua jurnalis lain telah terbunuh ketika bertugas pada tahun 2020, menurut Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ), dan kedua kasus tersebut masih belum terpecahkan.

Satuan Tugas Kepresidenan untuk Keamanan Media menggambarkan pembunuhan itu sebagai tindakan pengecut dan akan memburu mereka yang bertanggung jawab.

Baca Juga: Sebanyak 15.000 Ekor Cerpelai di Amerika Serikat Mati Akibat Terinfeksi Virus Covid-19

Sementara iu Menteri Kehakiman Menardo Guevarra mengatakan pembunuhan Maganes dan serangan 2016 akan diselidiki.

Media di Bawah Tekanan

Filipina merupakan salah satu tempat paling berbahaya di dunia untuk jadi jurnalis.

Baca Juga: Kasus Positif Covid-19 Terus Bertambah, Spanyol Berharap Dapat Vaksin di Awal Tahun 2021

Media di Filipina berada di bawah tekanan yang meningkat sejak Duterte terpilih sebagai presiden.

ABS-CBN, kantor siaran terbesar di negara itu diperintahkan untuk ditutup karena, pihaknya gagal memperbarui izin operasi 25 tahun.

Sementara jurnalis senior Maria Ressa dan situs berita ­online-nya Rappler, menghadapi banyak kasus pengadilan.

Baca Juga: Mantan Pejabat Senior Amerika Serikat Dorong Joe Biden Lakukan Pertemuan G20

Tuduhan itu mulai dari penggelapan pajak hingga fitnah.

Sebelumnya, ABS-CBN dan Rappler telah mengkritik perang narkoba Duterte dan kebijakan pemerintahnya.

Surat kabar terbesar negara itu, Philippine Daily Inquirer juga menerbitkan cerita-cerita yang mengkritik perang narkoba.

Baca Juga: Mantan Pejabat Senior Amerika Serikat Dorong Joe Biden Lakukan Pertemuan G20

Surat kabar itu juga melaporkan dugaan kekayaan tersembunyi Duterte menjelang pemilu 2016.

Adanya peringkat ini untuk menyoroti negara-negara tempat jurnalis terbunuh dan pembunuhnya itu tetap bebas.

CPJ mengatakan pembantaian Maguindanao pada 2009, menewaskan 58 orang dan 32 di antaranya adalah jurnalis dan pekerja media.

Peristiwa ini merupakan serangan paling mematikan terhadap pers yang pernah dicatat organisasi itu. ***

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler