44 Pengunjuk Rasa Tewas, Pengadilan Myanmar Tunda Sidang Perdana Aung San Suu Kyi

16 Maret 2021, 12:30 WIB
Pengadilan Myanmar menunda sidang perdana Aung San Suu Kyi. /Pixabay/qimono

PR MAJALENGKA - Pengadilan Myanmar memutuskan penundaan sidang perdana pemimpin yang digulingkan Aung San Suu Kyi, setelah 44 pengunjuk rasa dinyatakan tewas.

Sebelumnya, pengadilan Myanmar menjadwalkan sidang perdana Aung San Suu Kyi, Senin, 15 Maret 2021 waktu setempat, namun sehari sebelumnya pasukan keamanan melepaskan tembakan ke pengunjuk rasa lagi

Dikutip PikiranRakyat-Majalengka.com dari Aljazeera, ketua tim kuasa hukum Aung San Suu Kyi, Khin Maung Zaw menyebutkan bahwa pengadilan menunda persidangan kasus kliennya hingga Rabu, 24 Maret 2021.

Baca Juga: Riz Ahmed Cetak Sejarah Sebagai Aktor Muslim Pertama yang Masuk dalam Daftar Nominasi Oscar 2021

Ia mengatakan bahwa pengadilan Myanmar berdalih, penundaan sidang Aung San Suu Kyi yang rencananya digelar secara virtual karena adanya gangguan jaringan internet.

Aung San Suu Kyi setidaknya menghadapi empat dakwaan, termasuk penggunaan radio walkie-talkie secara ilegal, dan pelanggaran protokol kesehatan virus Corona.

Khin Maung Zaw merasa kecewa karena pengadilan hanya mengizinkan peraih Nobel tersebut diwakili oleh dua pengacara junior saat persidangan nanti.

Baca Juga: Prediksi Liga Champions: Chelsea vs Atletico Madrid, Duel Perebutan Tiket ke Perempat Final

Sebelum diumumkan, penundaan sidang para penentang kudeta yang kebanyakan dari kota-kota utama Yangon, dan Mandalay bergerak dan berkumpul di pusat kota Myingyan.

Saksi mata mengatakan bahwa polisi menembaki pengunjuk rasa di Myingyan, dan menewaskan sedikitnya dua orang.

"Mereka menembaki kami," kata seorang pengunjuk rasa berusia 18 tahun.

Baca Juga: KNRP Lakukan Protes Acara Lamaran Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah yang Tayang di TV, Berikut Ulasannya

“Seorang gadis tertembak di kepala dan seorang anak laki-laki tertembak di mukanya, aku dengar mereka meninggal,” ujar pendemo tersebut menambahkan.

Terlepas dari upaya militer yang semakin kuat untuk memadamkan perbedaan pendapat, gelombang pengunjuk rasa yang menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi telah terus meningkat untuk turun ke jalan di seluruh Myanmar selama enam pekan terakhir.

Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik, sebuah kelompok pemantau, menambahkan bahwa ada enam kematian lagi pada hari Senin sehingga total yang meninggal sudah 38 orang.

Baca Juga: Ini Deretan Boy dan Girl Group Korea Selatan yang Siap Comebak pada Pertengahan Maret 2021

Sementara itu, Militer Myanmar pada Senin, telah mengumumkan darurat militer di Hlaing Thayar, beberapa distrik lain di Yangon dan juga di beberapa bagian kota Mandalay.

Pada hari Minggu, penyerang dikabarkan membakar beberapa pabrik tekstil milik perusahaan China di distrik Hlaingthaya di Kota Yangon.

Penyerangan ini dilakukan karena adanya informasi bahwa Pemerintah China ternyata mendukung Militer Myanmar mengambil alih kekuasaan.

Baca Juga: Data Terbaru Covid-19 Selasa 16 Maret 2021: Kecamatan Majalengka dan Jatiwangi Memiliki Kasus Aktif Tertinggi

Kedutaan Besar China melaporkan bahwa dalam peristiwa penyerangan tersebut, banyak buruh, dan karyawan China yang terperangkap dan menderita luka-luka.

Karena itu, China mendesak Jenderal yang berkuasa di Myanmar untuk menghentikan semua tindakan kekerasan, menghukum para pelakunya sesuai dengan hukum dan memastikan keselamatan jiwa dan properti perusahaan China.

Pemimpin protes Thinzar Shunlei Yi mengatakan orang Myanmar tidak membenci tetangga China mereka, tetapi penguasa China harus memahami kemarahan yang dirasakan di Myanmar atas sikap mereka.

"Pemerintah China harus berhenti mendukung dewan kudeta, jika mereka benar-benar peduli dengan hubungan Sino-Myanmar dan untuk melindungi bisnis mereka," tulis dia di akun Twitternya. ***

Editor: Irwan Suherman

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler