Sejarah Singkat Candi Borobudur, yang Merupakan Candi Budha Terbesar di Dunia

10 Agustus 2023, 16:05 WIB
Wisata Candi Borobudur di Yogyakarta yang termasuk dalam 5 Keajaiban Dunia. /Tangkapan Layar YouTube Bot TV/

BERITA MAJALENGKA – Candi Borobudur dipercaya telah dibangun pada masa penganut Budha Mahayana sekitar tahun 750 sampai 800-an Masehi, pada masa kekuasaan Wangsa Syailendra.

Bangunan Candi Borobudur diilhami gagasan dari India, antara lain Stupa yaitu lambang agama budha yang berbentuk mangkung terbalik. Stupa Candi Borobudur ini sering disebut lonceng.

Ada pula Mandala, sebuah konsep yang dipakai untuk meditasi dan bisa berbentuk benda untuk memusatkan perhatian.

Tetapi, Candi Borobudur juga dipercaya sebagai kelanjutan dari unsur lokal, seperti struktur Punden Berundak yaitu bangunan yang berbentuk segi empat bertingkat-tingkat atau piramida bertingkat yang ditemukan pra sejarah Indonesia.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Lagu Papan Atas Indonesia yang Bermakna untuk Mencintai Diri Sendiri

Candi Borobudur ini terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah Indonesia. Sedangkan untuk nama Borobudur pertama kali ditulis dalam buku “Sejarah Pulau Jawa” karya Sir thomas Stamford Raffles, dimana Raffles ini menulis monumen yang bernama Borobudur.

Nama Bore-Budur yang kemudian ditulis Borobudur ini, ditulis Raffles dalam bahasa Inggris untuk menyebutkan desa yang dekat dengan candi itu yaitu Bore.

Sedangkan kata Budur dimungkinkan berasal dari kata Buda dalam bahasa Jawa. Pembangunan Candi ini menggunakan 55.000 meter kubik batu andesik. Batu ini dipotong dengan ukuran tertentu dan diangkut menuju situs dan disatukan tanpa menggunakan semen.

Struktur Borobudur ini memakai sistem interlock atau saling kunci. Monumen inipun dibangun dengan sistem renase atau saluran air yang cukup baik untuk wilayah dengan curah hujan yang tinggi.

Baca Juga: Planing dan Budgeting untuk Sekolah Anak Ala Prita Ghozie Sebagai Petunjuk Orang Tua yang Open Minded

Untuk mencegah genangan dan kebanjiran, seratus pancuran pun dipasang di setiap sudut. Masing-masing dengan rancangan yang unik berbentuk kepala raksasa atau Makara yaitu makhluk legendaris dalam mitologi Hindu.

Candi Borobudur terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang di atasnya terdapat tiga pelatara melingkar dan satu stupa induk di tengahnya. Pada dindingnya dihiasi oleh 2.672 panel relief. Borobudur memiliki koleksi relief terlengkap dan terbanyak di dunia.

Selain relief, di Candi Borobudur juga terdapat 504 arca budha. Dari jumlah ini, sekitar 300 arca telah dirusak. Terdapat perbedaan pada mudra atau posisi sikap tangan arca budha tersebut, diantaranya Bhumisparsa Mudra yaitu melambanngkan bumi sebagai saksi, Wara Mudra yaitu melambangkan kedermawanan, Dhyana Mudra yang melambangkan semedi atau meditasi, Abhaya Mudra yang melambangkan ketidakgentaran, Wirtaka Mudra yang melambangkan akal budi dan Dharmachakra Mudra yang melambangkan pemutaran roda kebenaran.

Baca Juga: Fokus Pada Perkembangan Pariwisata, Pemprov Jabar Kukuhkan 855 Duta Wisata Dari Kalangan Milenial

Borobudur ini dibangun dengan tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi yang lain, yang ada adalah lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit.

Borobudur pada awalnya lebih berfungsi sebagai stupa daripada kuil atau candi, stupa memang dimaksud sebagai bangunan suci untuk memuliakan budha.

Borobudur dipercaya sebagai manifestasi kehidupan manusia yang terbagi menjadi tiga tingkat yaitu pertama, Kamadhatu yaitu bagian kaki Borobudur yang melambangkan dunia yang masih dikuasai oleh kama atau nafsu rendah, kedua adalah Rupadhatu yaitu dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tapi masih terikat oleh rupa dan bentuk, tingkatan ini juga menggambarkan alam antara alam bawah dan alam atas.

Ketiga, Arupadhatu, yang berarti tidak berupa dan tidak berwujud. Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana manusia sudah terbebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa tapi belum mencapai ke nirwana.

Baca Juga: Diakhir Kepemimpinan Ridwan Kamil, Jawa Barat Tawarkan Proyek Infrastruktur Hijau dan Hilirisasi

Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud yang sempurna dilambangkan berupa stupa terbesar dan tertinggi.

Stupa ini digambarkan polos tanpa lubang-lubang, yang diduga bermakna kebijaksanaan tertinggi yaitu kenyataan, kesunyian dan ketiadaan sempurna di mana jiwa manusia sudah tidak terikat hasrat dan keinginan.***

Baca Juga: Aktifitas Ibu di Rumah Sebagai Media Bermain Anak yang Banyak Manfaatnya

Editor: Rian S. Putra

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler