Menyikapi masifnya informasi pasca pelaksanaan pemilu 2024, dimana proses penghitungan suara dari penyelenggara dalam hal ini lembaga KPU (Komisi Pemilihan Umum) masih terus dilakukan secara berjenjang dari tingkat TPS ke PPS (desa) lalu ke PPK (kecamatan) lalu ke KPU tingkat Kabupaten atau Kota dan KPU tingkat Provinsi, dan KPU pusat yang rencananya akan diputuskan dalam sidang pleno KPU tanggal 20 maret 2024.
Baca Juga: Suka Jajan? Ini yang Sering Dibeli Wanita Saat Stres Melanda, Healing Asik Lewat Makanan
Menganggapi ramainya informasi pasca pencoblosan di media sosial saat ini, Pakar Psikologi Komunikasi Dr. Almadina Rakhmaniar, S.Psi., M.I.Kom, CPS, CDM menilai bahwa masyarakat saat ini keingintahuannya mengenai negara sangat tinggi.
"Jadi saat ini, masyarakat banyak melihat apakah perubahan akan terjadi jika presiden nya si A, masyarakat khawatir dengan tokoh saat ini bisa mensejahterakan masyarakat atau tidak, " jelasnya, Senin 19 Februari 2024.
Ditegaskannya, bahwa situasi di media sosial saat ini baik di platform TikTok, Instagram, Facebook, X dan YouTube mulai panas dan saling membela pasangan Capres dan Cawapresnya.
"Saya melihat situasi ini harus ada relaksasi kepada masyarakat. Kita ambil filosofinya bertarung, jadi apapun yang terjadi kita siap bertarung dan hasilnya ada dua hal yakni menang atau kalah. Nah menang apa yang dilakukan karena menang dan harus seperti apa membawa negara ini karena kaitannya dengan Pilpres 2024," jelasnya.
Baca Juga: Praktis Banget! Nugget Saus Blackpepper Bikin Anak Kos Girang, Makan Sahur SatSet dan Hemat
Sedangkan yang kalah menurut Dr. Almadina Rakhmaniar menilai harus legowo.
"Jika calon presiden yang kita pilih kalah harus legowo," jelasnya.
Dirinya melihat secara psikologi komunikasi masyarakat saat ini, harus kembali ke kehidupan masing-masing.