Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus, Mendag Agus Suparmanto: Membawa Sinyal Positif

10 November 2020, 12:36 WIB
Menteri Perdagangan (Mendag) RI, Agus Suparmanto.* /

PR MAJALENGKA - Indonesia mengalami resesi akibat dari adanya pandemi Covid-19 yang hingga saat ini masih menyebar.

Pernah diberitakan Majalengka.Pikiran-Rakyat.com sebelumnya, adanya pandemi Covid-19 berdampak pada melemahnya ekonomi dan daya beli masyarakat.

Menurut data yang dirilis pada hari Kamis, 5 November 2020, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal III-2020 mencapai minus 3,49 persen.

Baca Juga: Pendaftaran CPNS 2021 Akan Segera Dibuka, Simak Jumlah Kuota, Syarat dan Cara Daftarnya

Dibandingkan kuartal II-2020, ekonomi Indonesia sudah mulai tumbuh sebesar 5,05 persen dan secara kumulatif masih terkontraksi 2,03 persen.

Pada kuartal II-2020 lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi 5,32 persen.

Kondisi ini menjadi resesi pertama Indonesia sejak krisis keuangan Asia pada tahun 1998 silam.

Belum selesai persoalan resesi, Indonesia telah disuguhi sejumlah pro-kontra Undang-undang Cipta Kerja yang resmi ditandatangani Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pada Senin, 2 November 2020 lalu.

Baca Juga: Indonesia Peringati Hari Pahlawan, Wapres Ma’ruf Amin Beri Pesan Ini untuk Masyarakat

Aturan ini sebenarnya bertujuan untuk mengurangi birokrasi yang dapat meningkatkan investasi. 

Presiden Jokowi melihat Undang-undang itu penting untuk menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja.

Pemerintah juga berjanji mempercepat pengeluaran untuk mendorong PDB kembali tumbuh pada kuartal ini.

Baca Juga: Ketua Umum Partai Bulan Bintang, Yusril Ihza Mahendra Beri Tanggapan Pendeklarasian Partai Masyumi

Mengingat hal itu Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto menyebut, surplus neraca perdagangan Indonesia selama periode Januari-September 2020 membawa sinyal positif.

Secara kumulatif neraca perdagangan periode ini tercatat mengalami surplus sebersar 13,5 milisr dolar AS.

“Pengaruhnya sangat besar karena surplus ini membawa sinyal positif. Tren ekspor kita pertahankan walaupun di tengah pandemi,” ucap Mendag Agus yang dikutip Majalengka.Pikiran-Rayat.com dari Antaranews.com.

Baca Juga: HUT ke-54 Angkatan Muda Siliwangi, Airlangga Hartarto Berharap AMS Mampu dan Senantiasa Jaga Negara

Mendag Agus menjelaskan, kinerja perdagangan kumulatif Januari-September 2020 ini merupakan capaian surplus tertinggi sejak tahun 2012.

Ada lima produk yang memiliki kontribusi besar dalam pangsa ekspor ini, yakni besi dan baja, lemak dan minyak hewan nabati, kendaraan dan suku cadang, mesin dan perlengkapan elektrik, serta plastik dan barang plastik.

Kontribusi produk-produk tersebut dalam pangsa ekspor sebesar 34,02 persen dari total ekspor non migas Indonesia pada September 2020.

Baca Juga: Presiden Joko Widodo Hibahkan 1 Juta Sertifikat Tanah Secara Virtual dan Ungkap Alasannya

“Sementara peningkatan nilai ekspor juga dipengaruhi oleh naiknya harga CPO di pasar internasional, dan naiknya permintaan CPO dari China dan India,” ungkap Agus.

Adapun peningkatan ekspor baja disebabkan meningkatnya permintaan dari China dan Malaysia, seiring dengan pulihnya kegiatan industri dalam negeri tersebut.

Agus menyebutkan, pemulihan ekonomi ini yang dilihat salah satunya berdasarkan neraca perdagangan, memberikan motivasi bagi para pelaku UMKM dalam negeri untuk meningkatkan ekspor mereka. ***

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: ANTARA Majalengka.Pikiran-Rakyat.com

Tags

Terkini

Terpopuler